JAKARTA – Kasus dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Karen Agustiawan mantan Direktur Utama Pertamina cukup berdampak terhadap strategi bisnis PT Pertamina (Persero). Kini manajemen Pertamina tidak bisa lagi berakselerasi dengan dalam melakukan ekspansi bisnisnya.
Heru Setiawan, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina, mengungkapkan manajemen belajar dari kasus Karen, sehingga ke depan akan ada pengawasan dari beberapa lembaga hukum saat Pertamina melakukan aksi korporasi ke luar negeri
“Iyalah (lebih hati-hati), kami kan ada lesson learn kalau ada yang perlu diperbaiki, ya diperbaiki,” kata Heru di Gedung DPR Jakarta, Selasa (14/5).
Ia menuturkan pengawalan dilakukan oleh Jamdatun dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bukan berarti Pertamina harus meminta izin terlebih dulu jika ada aksi korporasi dalam hal akuisisi. “Istilahnya enggak bilang sih, karena memang sudah dari kemarin koordinasi dengan mereka, supaya dikawal,” tukas Heru.
Karen ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung dalam kasus akuisisi 10% hak partisipasi Blok BMG di Australia pada 2009 dari Roc Oil Company Limited (ROC).
Perjanjian dengan ROC Oil atau Agreement for Sale and Purchase – BMG Project ditandatangani pada 27 Mei 2009 dengan nilai transaksinya mencapai US$31 juta. Seiring akuisisi tersebut, Pertamina harus menanggung biaya-biaya yang timbul lainnya (cash call) dari Blok BMG sebesar US$26 juta. Melalui dana yang sudah dikeluarkan setara Rp568 miliar itu, Pertamina berharap Blok BMG bisa memproduksi minyak hingga sebanyak 812 barrel per hari (bph).
Namun ternyata Blok BMG hanya bisa menghasilkan minyak mentah untuk PHE Australia Pte Ltd rata-rata sebesar 252 barel per hari. Pada 5 November 2010, Blok BMG ditutup, setelah ROC Oil memutuskan penghentian produksi minyak mentah dengan alasan blok tidak ekonomis jika diteruskan produksi. Investasi tersebut dianggap Kejaksaan Agung telah merugikan negara.
Rencana akuisisi blok migas yang sempat ada sudah dinyatakan ditunda dan dibatalkan dua blok migas yang pernah terang-terangan dinyatakan diincar adalah blok migas di Iran yang ditunda dan di Rusia telah dibatalkan. Sementara ekspansi blok di Aljazair sampai sekarang juga tidak terlaksana dengan alasan masih dikaji keekonomiannya.
Namun demikian sampai saat ini Heru mengaku belum ada rencana terdekat untuk akuisisi blok migas. “Cuma ya kami tetap pasang radar. Kalau di luar ada yang bagus ya kita lihat,” kata Heru.(RI)
Komentar Terbaru