PRANGAT BARU, KUTAI KARTANEGARA – Setelah mulai diuji coba ditanam pertama kali pada 2020 di Desa Prangat Baru, Kopi Kapak Prabu akan siap meramaikan pasar perkopian nasional mulai tahun depan. Melalui Program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu), pengembangan kopi liberika di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, binaan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) ini merupakan yang pertama dan saat ini satu-satunya di Kalimantan Timur.
Rindoni, Ketua Kelompok Tani Kopi Prabu, mengatakan saat ini kopi yang diproduksi masih terbatas karena berasal dari bibit yang ditanam pada 2020 sebanyak 1.000 bibit. Padahal seiring dengan publikasi yang masif, permintaan terhadap Kopi Prabu saat ini cukup besar.
“Kami targetkan panen bisa dimulai pada 2023. Panen itu biasanya bulan 2 dan bulan 4, itu yang agak banyak,” kata Rindoni saat ditemui di Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru, Selasa (2/11).
Hingga 2022 telah dilakukan penanaman 13.560 bibit kopi liberika pada lahan seluas 27 hektare. Selain milik Rindoni, ada pula lahan 24 anggota kelompok Kopi Prabu yang lain. Nantinya, melalui program Kapak Prabu, tidak hanya mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui penjualan kopi, namun juga mampu memberikan kontribusi serapan karbon 266,5 ton C02 dan pelepasan 416 ton gas 02.
Kopi Kapak Prabu akan menjadi merek yang mewakili Desa Kapak Prabu, dan harapannya akan menjadi catatan sejarah bahwa kelompok ini merupakan pengawal dan pembuka hadirnya kopi luwak jenis Liberica di Kalimantan Timur.
“Rencana ke depannya akan ada kolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lain agar ada payung hukum yang jelas untuk membantu pengembangan kelompok tani,” ujar Rindoni.
PHKT telah melakukan pendampingan dan bimbingan dalam usaha kopi melalui program Kampung Kopi. Sejumlah pelatihan dilakukan, mulai dari tata cara pembibitan, menjaga agar kopi berbuah dengan baik, cara panen yang benar, tata cara pengolahan dan penyajian kopi, hingga membuat kemasan yang menarik. Kini petani dapat mengelola kebun kopi dengan baik. Khusus untuk menjaga kualitas tanah yang baik, kelompok tani belajar bagaimana menjaga dan menambah kesuburan tanah kebun dengan kompos, yang dibantu oleh Santan Terminal PHKT. Melalui kegiatan Corporate Social Innovation (CSI) Biogreening, Santan Terminal telah mampu mengolah limbah organik dari mitra perusahaan katering menjadi pupuk kompos Santan Terminal.
Sebelum menjadi petani kopi, kegiatan petani di Desa Prangat Baru adalah berkebun karet. Namun, karena kondisi tanaman karet yang tua, tidak ada peremajaan, dan harga karet yang menurun, akhirnya petani beralih menanam kopi. Namun kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang pertanian kopi di awal penanaman membuat petani tidak langsung dapat menikmati hasilnya, seperti: tata cara penanaman yang benar, kondisi lahan yang kurang subur, dan harga kopi yang anjlok, hingga pada akhirnya mereka tergantung pada tengkulak.
Rindoni mengatakan kopi juga bisa memberi pendapatan yang cukup besar jika mampu mengelola kebun kopi dari hulu sampai hilir. “Kami yakin kampung kopi mampu menjadi produsen kopi yang khas Kalimantan, apabila kopi ini di kelola dengan cara yang baik dan benar akan mendatangkan kesehahteraan bagi para petani,” kata Rindoni.
Kopi Prabu, lanjut dia, mulai melakukan pengembangan dengan kelompok tani lain agar satu atap untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Serta akan mengembangkan tempat untuk pusat kegiatan yang akan menjadi sumber pendapatan baru di sector pertanian dan perkebunan di Kalimantan Timur. “Ini berupa pengembangan edukasi dengan lembaga pendidikan di Kalimantan Timur seperti Universita Mulawarman,” kata Rindoni.
Pada 2021, PHKT telah menfasiliasi kelompok ini dengan kegiatan studi banding pengelolaan eduwisata kopi di Malabar Mountain Coffee, Kecamatan Pangalengan, Jawa barat. Kelompok kemudian menyusun rencana kegiatan tindak lanjut kegiatan studi banding yaitu pembangunan Fasilitas Pembibitan (Nursery), penjemuran biji kopi luwak, pengadaaan peralatan pengolahan biji kopi liberika, serta pengemasan dan pemasaran biji kopi liberika.
Fitriati, Kepala Desa Prangat Baru, menambahkan bahwa PHKT terus mendukung pengembangan Kelompok Kopi Luwak Kapak Prabu ini, dimulai dari 20 Juli 2020 dengan rencana pendampingan selama 5 tahun, dimulai dari tata cara pembibitan, bagaimana cara melakukan fermentasi kopi luwak hingga edukasi barista.
“Kopi luwak ini telah disajikan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno, sebagai perwakilan dari sekitar 4.600 kepala desa wanita di Indonesia. Kami akan tetap optimis dalam mengembangkan kopi luwak ini. Terima kasih kepada PHKT atas support-nya yang luar biasa,” ujar Fitriati.
Kelompok Kampung Kopi dengan tekun terus meningkatkan produksi, serta mutu dan kualitas biji kopi hingga banyak tamu berkunjung, mulai dari pihak swasta, pelajar, dan stakeholder lain. Oleh karenanya PHKT terus mendorong kepada kelompok untuk bisa melakukan replikasi penanaman bibit kopi liberika.
“Untuk terus mengingkatkan ekonomi kami juga mulai mengembangkan varian baru, dengan sinergi satu tujuan yaitu meningkatkan perekonomian di wilayah ini karena kami yakin potensi kopi tidak pernah turun. Harapan kami juga, siapapun yang datang, hatinya akan senang,” ungkap Fitriati.
Pada kesempatan terpisah, General Manager Zona 10, Djudjuwanto, mengungkapkan pada 2021 lalu, Kopi Luwak Kapak Prabu berhasil meraih PROPER Emas. Hal ini merupakan prestasi luar biasa dan melalui kolaborasi dan dukungan dari Desa Prangat Baru. “Semoga prestasi ini dapat dipertahankan dan dilanjutkan,” kata Djudjuwanto.(AT)
Komentar Terbaru