JAKARTA – PT PLN (Persero) sudah melakukan market sounding sebagai langkah awal dalam pencarian dan selanjutnya penetapan mitra usaha untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling.
Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengungkapkan telah menerima laporan rencana pembangungn PLTS Terapung Saguling dari PLN dan sekarang market sounding tengah berlangsung.
Berdasarkan laporan tersebut minat para pelaku usaha terhadap rencana pembangunan PLTS Terapung Saguling cukup tinggi yang bisa dilihat antsuias para peminat.
Menurut Dadan, harga listrik yang ditawarkan pada PLTS Terapung sangat menarik bagi pengembang PLTS dan PLN.
“PLN sekarang sedang melakukan market sounding namanya. kalau saya bangun di sana mau bangun berapa tapi bukan lelang, harganya menarik,” kata Dadan kepada Dunia Energi, Selasa (26/1).
Masdar perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA) yang sudah terlebih dulu bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) anak usaha PLN pada PLTS Terapung Cirata menjadi salah satu peminat. Namun Masdar tidak sendiri karena beberapa peminat lainnya yang menguincar proyek PLTS Terapung Saguling.
“Masdar ikut, dari Arab Saudi juga ikut. dari Korea Selatan juga mungkin ada,” ungkap Dadan.
Dadan mengatakan hingga kini kapasitas PLTS Terapung Saguling belum ditetapkan. Tapi yang jelas nantinya tidak semua lahan waduk yang akan digunakan untuk mendukung PLTS Terapung.
“Belum tahu, tapi rumusnya kira-kira 5% dari luasan waduk yang boleh dipakai seperti di Cirata itu dibawah 3%,” kata Dadan.
PLTS menjadi salah satu fokus utama pengembangan EBT ke depan. PLTS memiliki beberapa keunggulan tersendiri sehingga lebih didorong untuk dikedepankan salahsatunya bisa dipasang dimanapun.
“Nanti project baru ke arah PLTS. Rahanya bisa dipasang dimanapun, keekonomiannya lebih baik jadi dia (PLTS) tidak memerlukan kompensasi,” ujar Dadan.
Sejauh ini baru ada satu PLTS Terapung dibangun di Indonesia yakni PLTS Cirata melalui kerja sama antara PJB dan Masdar. Proyek PLTS Terapung Cirata rencananya akan dikerjakan hingga 2022. Kapasitas 145 MW sebenarnya sudah direvisi dari rencana awal sebesar 200 MW.
Dengan menggunakan sistem tender atau lelang, harga listrik yang ditawarkan Masdar dalam proyek kali ini terbilang cukup rendah, yakni US$5,8 sen per kWh. Nilai investasi dari proyek PLTS Terapung pertama di Indonesia itu juga bisa ditekan dari semula senilai US$300 juta menjadi sekitar US$129 juta, dengan porsi kepemilikan perusahaan patungan 51% untuk kepemilikan PJB dan sisanya dikuasai Masdar.(RI)
Komentar Terbaru