JAKARTA – Pemerintah menegaskan industri minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi salah satu industri utama bagi Indonesia. Namun diperlukan perubahan sudut pandang dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan ke depan minyak tidak akan lagi digunakan untuk bahan bakar kendaraan, tapi sebagai bahan baku petrochemical atau petrokimia.
“Oil and gas masih penting, the future is petrochemical (petrokimia). Minyaknya sekali lagi untuk petrochemical, banyak yang bisa dibikin dari minyak,” kata Jonan dalam seminar bertajuk outlook membangun iklim investasi di sektor migas, Jakarta, Senin (14/10).
Menurut Jonan, PT Pertamina (Persero) menjadi salah satu kunci dalam pengembangan migas ke depan dengan industri petrokimia. Terlebih sekarang sudah ditugasi oleh pemerintah untuk membangun refinery atau kilang yang bisa mengolah minyak menjadi petrokimia.
Jonan bahkan mengaku heran dengan strategi Pertamina selama ini yang tidak mempersiapkan perkembangan pemanfaatan minyak menjadi petrokimia. Padahal Pertamina kata dia telah lama menjadi pemain bisnis migas nasional maupun internasional. “Itu orang di Pertamina sekolahnya apa, kok tidak bangun-bangun petrokimia. Midstream itu dimasa depan migas market-nya petrochemical,” ujar Jonan.
Saat ini ada dua proyek kilang baru dan empat proyek kilang pengembangan yang sedang dikerjakan Pertamina yang baru diinisiasi pada 2015 silam. Seluruh proyek dipastikan akan mampu meningkatkan kemampuan pengolahan kilang sehingga bisa memproduksi petrokimia dalam jumlah besar.
Saat ini kepasitas pengolahan petrokimia Pertamina hanya sebesar 700 kiloton per annum (ktpa). Akan tetapi kapasitasnya akan meningkat secara bertahap seiring rampungnya megaproyek kilang terdiri dari dua kilang baru yakni Tuban dan Bontang, serta ada empat kilang eksisting yang direvitalisasi yakni kilang Balikpapan, Cilacap, Balongan dan Dumai. Jika sudah rampung 2026 nanti produksi Petrokimia Pertamina ditargetkan bisa mencapai sekitar 6.600 ktpa.(RI)
Selama kilang masih belum meningkat sebagaimana kapasitas di Indonesia sekarang maka feedstock untuk petrochemical plant akan sulit meningkat karena pada umurnya naphtha masih diutamakan untuk memproduksi bahan bakar guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu harus ada peningkatan kapasitas kelang yang berdasarkan agreement G to G. Terima kasih