JAKARTA – Proyek pengembangan Lapangan Sukowati yang dikelola PT Pertamina EP Asset 4 melalui metode Enhance Oil Recovery (EOR) mulai dilirik oleh Japan Petroleum Exploration (Japex). Perusahaan asal Jepang itu bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Lemigas sedang melakukan study atau kajian pemanfaatan EOR dengan menggunakan gas CO2.
Agus Amperianto, General Manager Pertamina EP Asset 4, mengatakan pihak Japex belum lama ini bersama Kementerian ESDM dan Lemigas telah meninjau Lapangan Sukowati. Rencananya gas CO2 yang diinjeksikan nanti akan berasal dari Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB), Blok Cepu. Dalam kajian Japex gas disalurkan dengan pipa khusus yang akan didesain agar bisa menyalurkan gas jenis CO2 dalam rentan waktu yang panjang. Pasalnya CO2 membuat proses korosi di pipa lebih cepat sehingga pembangunan pipa berbeda dengan pipa gas pada umumnya.
“Jadi sudah datang Japex bersama Kementerian ESDM, itu kajian mereka. Nah makanya sekarang sedang dilakukan study,” kata Agus ditemui disela IPA Convex 2019, Jakarta, Kamis (5/9).
Rencana penyaluran gas CO2 dari JTB merupakan inisiatif dari beberapa pihak, termasuk Kementerian ESDM dan Japex.
Menurut Agus, Pertamina EP Asset 4 hanya menyiapkan beberapa fasilitas infrastruktur eksisting yang diperlukan.
“Sumber C02 itu nanti jelas pasti ada dari JTB. Kemarin saya juga sudah ketemu dengan Lemigas dan Japex untuk mendukung produk C02. Nanti ada pipe line yang khusus karena Sukowati ini kalau dengan C02 kan pasti korosif,” ungkapnya.
Nantinya pada tahap awal gas yang dibutuhkan untuk dilakukan injeksi CO2 antara 10 juta kaki kubik per hari (mmscfd) – 15 mmscfd. Jumlah tersebut bisa meningkat seiring dengam peningkatan kapasitas EOR. Hanya saja berapa maksimal gas yang dibutuhkan harus dikaji lebih lanjut. Kajian termasuk pembiayaan pipa gas dan diharapkan bisa diketahui pada kuartal I tahun depan.
“Sekarang study, informasinya Februari 2020 sudah ketahuan hasilnya,” kata Agus.
Gas JTB yang diperkirakan baru bisa diproduksi pada 2021. Penggunaan CO2 diyakini akan meningkatkan efisiensi EOR di Sukowati, karena jaraknya lebih dekat. Padahal tadinya PEP Asset 4 berencana menggunakan gas dari CPP Gundih. Hanya saja pasti akan butuh dana lebih besar.
”Tadinya mau CPP Gundih, tapi lebih jauh, itu sekitar 80 km jaraknya. Kalau JTB ke Sukowati itu sekitar 15 km- 20 km,” jelasnya.
Japex tertarik untuk ambil bagian dalam EOR di Sukowati karena metode injeksi CO2 merupakan metode pertama yang dikembangkan di Indonesia. Meski belum ada nilai pasti, Pertamina EP Asset 4 menjamin jika sukses diterapkan injeksi CO2, maka produksi minyak di Sukowati akan meningkat signifikan dibanding kondisi sekarang yang sudah mencapai kisaran antara 9 ribu – 10 ribu barel per hari (bph).
Andi W Bachtiar, Vice President EOR Pertamina EP, sebelumnya mengatakan salah satu persiapan yang dilakukan untuk menerapkan EOR injeksi CO2 adalah dengan pembangunan fasilitas untuk menunjang injeksi. Pembangunan fasilitas inilah yang membuat EOR dengan CO2 cenderung menelan menyedot biaya tinggi di awal proyek.
“CO2 kapitalnya besar. seperti di Sukowati, untuk kompresor, listrik, pompa biayanya sekitar US$ 450 juta, termasuk pipline untuk mengalirkan CO2-nya,” katanya.
Berdasarkan data Pertamina EP tahapan implementasi EOR dimulai dari tes laboratorium selama 1,5 tahun mulai tahun ini. Dilanjutkan dengan proses Plan of Development (PoD) selama setahun. Proyek percontohan diterapkan pada semester II 2022 dan dilanjutkan implementasi secara full scale mulai 2023 di semester kedua. Seluruh proses tersebut diproyeksikan akan habiskan biaya sebesar US$ 545 juta.
Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan proses EOR pada Lapangan Sukowati termasuk salah satu yang memiliki tingkat kerumitan tinggi. Ia pun mengakui bahwa sinergi antar anak perusahaan menjadi poin penting dalam metode ini dimana CO2 yang dihasilkan JTB tidak dilepas ke udara tapi disalurkan ke reservoir milik Sukowati.
Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dari Pertamina EP. “Dengan penyaluran CO2 juga akan menurunkan emisi dari Pertsmina EP,” kata Dharmawan.(RI)
Komentar Terbaru