PEKANBARU – Ruby Mulyawan akhirnya secara resmi diperkenalkan sebagai Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan (PHR) menggantikan posisi Chalid Said Salim yang diamanahkan untuk menjabat Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina.
Ruby menyampaikan kesiapannya dalam memimpin PHR untuk mencapai kinerja yang unggul, andal dan selamat.
“Saya merasa terhormat menerima amanah dan tanggung jawab sebagai Direktur Utama PHR. Senang sekali saya diberi kesempatan untuk ‘pulang kampung’ ke Sumatra, kembali bekerja dengan rekan-rekan di WK Rokan, Zona 1 dan Zona 4. Semoga pengalaman saya bekerja di wilayah kerja Pertamina yang lain dapat memberikan nilai tambah untuk memimpin PHR Regional 1 Sumatera” kata Ruby, Rabu (21/2).
Ruby juga mengapresiasi kinerja Chalid Said Salim dalam memimpin PHR sebelumnya. Dia menegaskan, kinerja baik yang sudah berjalan selama ini harus diteruskan, demi tercapainya tujuan perusahaan, terutama dalam menjaga ketahanan energi bagi negeri.
Pascaalih kelola, PHR kata dia telah membukukan kinerja operasi dan bisnis yang luar biasa. Bahkan sejak pertengahan tahun 2023, PHR berhasil menjadi produsen minyak mentah terbesar di Indonesia, dengan kinerja HSSE yang baik.
“Pencapaian luar biasa ini tentu tidak lepas dari kepemimpinan Pak Chalid Said Salim, sebagai direktur utama PHR. Saya menyampaikan apresiasi kepada Pak Chalid atas dedikasi dan komitmenya untuk menghasilkan kinerja terbaik PHR,” kata Ruby.
Dia juga berharap para pekerja dan mitra kerja PHR bisa terus memberikan kinerja terbaiknya, dengan catatan tetap memperhatikan dan mengutamakan keselamatan. “Mari kita selalu menjadikan aspek keselamatan sebagai prioritas utama kita. HSSE merupakan tanggung jawab kita bersama, tanpa kecuali, Perwira dan mitra kerja, untuk setiap aktivitas kerja, di mana saja, kapan saja, setiap hari. Mari kita saling jaga, karena setiap dari kita ingin pulang ke rumah bertemu keluarga dengan selamat,” ungkap Ruby.
Ruby bukanlah orang baru dalam dunia hulu migas. Pria lulusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memiliki pengalaman lebih kurang selama 30 tahun di industri hulu migas, meliputi teknik perminyakan, transformasi bisnis, pengembangan dan implementasi teknologi hulu, serta operasi produksi migas baik di darat (on shore) maupun lepas pantai (offshore). (RI)
Komentar Terbaru