JAKARTA-Harga minyak mentah di pasar global jatuh ke posisi terendah baru multi-tahun pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena kekhawatiran tentang kelebihan pasokan yang telah berlangsung lama mengimbangi penurunan mengejutkan dalam persediaan minyak AS.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun US$ 35 sen menjadi berakhir di 37,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, penutupan terendah sejak Februari 2009. Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, turun 15 sen menjadi menetap di 40,11 dolar AS per barel di perdagangan London.
Rabu merupakan penurunan harga hari keempat berturut-turut. Penurunan terjadi menyusul keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Jumat lalu yang tidak memangkas produksinya meskipun pasar global lemah.
Harga minyak banyak menghabiskan sesi di wilayah positif setelah laporan Departemen Energi AS menunjukkan persediaan minyak turun 3,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 4 Desember.
“Kami memang memiliki angka yang cukup bullish saat ini tentang angka utama untuk minyak mentah. Saya masih merasa pasar seperti tidak bersedia untuk didorong terlalu jauh lebih tinggi dari saat ini, mengingat latar belakang kelebihan pasokan,” kata Matt Smith, analis energi di ClipperData.
Tim Evans, analis Citi Futures, mengatakan beberapa data tidak konsisten dan dapat mencerminkan upaya penyuling untuk mengurangi persediaan akhir tahun guna tujuan pajak.
“Kurangnya keselarasan dapat menambah tingkat kebingungan dalam waktu dekat, menambahkan ketidakpastian apa yang sebenarnya terjadi,” kata dia.
Para pedagang mengabaikan penurunan stok minyak mentah AS. Pasokan minyak mentah AS pekan lalu turun 3,6 juta barel menjadi 485,9 juta barel, 105,1 juta barel lebih besar dari satu tahun sebelumnya, menurut laporan mingguan dari Badan Informasi Energi AS (EIA), Rabu.
Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS, naik 0,4 juta barel menjadi 59,4 juta barel.
Produksi minyak mentah AS turun 38.000 barel menjadi 9,164 juta barel per hari pekan lalu, menurut laporan EIA seperti dikutip AFP. (AT/alfian@dunia-energi.com)
Komentar Terbaru