JAKARTA – Salah satu strategi untuk mencapai target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) minyak adalah dengan menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yakni menginjeksikan cairan kimia ke reservoir. Namun cara tersebut mustahil dilakukan di Indonesia jika kondisi keekonomian proyek-proyek migas masih seperti sekarang.
Ronald Gunawan, Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA), menegaskan dengan kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah saat ini maka EOR tidak dapat dilakukan. Pasalnya, pelaku usaha pada akhirnya akan melihat ekonomi. Ketika masuk dari sisi ekonomi perusahaan dipastikan akan melakukan produksi migas setinggi-tingginya. Pelaksanaan EOR dengan kimia dipastikan akan menelan biaya cukup besar karena perlu teknologi yang tidak murah. Untuk itu, pemberian insentif wajib diberikan agar metode EOR sesuai dengan keekonomian.
“EOR enggak ekonomis dengan fiskal term yang ada sekarang. Saya sampaikan bahwa kita perlu kaji case by case dan perubahan radikal,” kata Ronald saat International Oil and Gas Convention 2020 yang digelar Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) secara virtual, Rabu (2/12).
Ronald mengingatkan bahwa EOR memang diperlukan, lantaran 70% produksi minyak Indonesia berasal dari lapangan yang sudah mature atau tua yang sudah harus masuk dalam proses secondary recovery. Kondis fiskal Indonesia yang tidak mendukung EOR diperparah dengan rendahnya harga minyak dunia yang berada di level US$40-an per barel.
“EOR untuk menambah recovery jadi produksi, tapi enggak semua proyek EOR itu atau water flood itu ekonomis. Water flood itu masih oke, kalau EOR (kimia) enggak mungkin. Dengan harga minyak US$40, tidak ada satupun EOR project yang ekonomis, apalagi dengan fiscal term sekarang,” ungkap Ronald.
SKK Migas menyatakan 33% dana Komitmen Kerja Pasti (KKP) blok yang habis kontraknya antara 2020 hingga 2022 akan dialokasikan untuk program EOR. Total dana KKP yang terhimpun adalah sebanyak US$1,169 miliar, sehingga dana yang disiapkan untuk program EOR sebesar US$386,8 juta. Rincian kegiatan pengembangan EOR antara lain, dua kegiatan study EOR yang memghabiskan dana US$4 juta dan ada sembilan pilot project EOR dengan kebutuhan biaya mencapai US$382,8 juta.(RI)
Komentar Terbaru