JAKARTA – Kebutuhan investasi PT PLN (Persero) diprediksi tidak akan menurun beberapa tahun mendatang. Hingga 2024, kebutuhan investasi bisa mencapai Rp400 triliun, untuk itu manajemen akan mencari berbagai alternatif pendanaan.
Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, mengatakan saat ini jajarannya tengah menghitung rencana investasi jangka panjang. Rata-rata kebutuhan investasi PLN mencapai Rp100 triliun per tahun, maka kebutuhan investasi hingga 2024 ditaksir berkisar di angka Rp400 triliun.
“Kalau Rp100 triliun per tahun, dikali empat saja (investasi hingga 2024). Kami akan cari alternatif pembiayaan investasi PLN ke depan,” kata Zulkifli di Jakarta, Selasa (3/3).
Hanya saja dia masih belum mau beberkan skema alternatif pembiayaan yang dimaksud. Hanya saja PLN kemungkinan besar masih akan mengandalkan sumber pendanaan investasi saat ini masih bertumpu pada penerbitan obligasi atau utang ke perbankan.
“Ya nanti lah, kami diminta dua pekan lagi untuk menyampaikan rencana pembiayaan investasi (ke Kemenko Perekonomian). Jadi baru bicara alternatif,” ujarnya.
Untuk tahun ini, total investasi yang dianggarkan oleh PLN mencapai sekitar Rp90 triliun. Dana tersebut dialokasikan sebagian untuk pembangunan infrastruktur seperti jaringan dan transmisi. “Yang sudah disetujui pemegang saham bahwa capex sekitar Rp 90 triliun. Mayoritas untuk transmisi, distribusi dan juga ada tambahan pembangkit,” kata Zulkifli.
Tahun lalu saja PLN sudah beberapa kali menerbitkan obligasi. PLN pada tahun ini aktif menghimpun pendanaan, baik melalui skema global bond atau penerbitan surat utang atau dengan pinjaman sindikasi. Untuk penerbitan global bond sudah dilakukan beberapa kali pada tahun ini.
Pada Juli 2019, perusahaan listrik milik pemerintah tersebut menertbitkan global bond mencapai US$1,4 miliar. Global bond yang diterbitkan saat itu diklaim memiliki tingkat bunga terendah sepanjang sejarah penerbitan obligasi dalam dolar Amerika Serikat, baik oleh PLN maupun dari BUMN manapun di Indonesia untuk tenor 10 dan 30 tahun dengan dual-trance US$ Global Bond masing-masing sebesar US$700 juta diterbitkan dengan tingkat bunga 3,875% untuk tenor 10 tahun dan 4,875% untuk tenor 30 tahun.
Pada September 2019, PLN juga sudah menerbitkan obligasi Samurai melalui penawaran umum kepada para investor di Jepang dan berhasil mendapatkan dana segar sebesar JP¥23,2 miliar. Obligasi diterbitkan dalam tiga tranche yang terdiri dari masing-masing tenor tiga tahun, lima tahun, dan 10 tahun dengan kupon tetap.
Pada November 2019, PLN menerbitkan global bond US$1,5 miliar. Global bond ditentukan dalam tiga tranche, yaitu US$500 juta dengan tenor 10 tahun 3 bulan, yakni US$500 juta dengan tenor 30 tahun 3 bulan, dan €500 juta dengan tenor 12 tahun. Serta tingkat bunga (coupon) masing-masing 3.375%, 4,375%, dan 1,875%.
Pada awal 2020 PLN mendapatkan pinjaman kredit sindikasi gmencapai Rp16,75 triliun, yang terdiri dari skema konvensional sebesar Rp13,25 triliun dan skema syariah sebesar Rp3,5 triliun dengan jangka waktu 10 tahun. Dalam pelaksanaan perjanjian pendanaan investasi tersebut, PLN tidak hanya menggunakan skema konvensional melainkan juga skema syariah (pembiayaan musyarakah).
Sindikasi perbankan kala itu terdiri dari Bank BRI, Mandiri, BCA, CIMB Niaga, SMI, BNI Syariah dan BCA Syariah. Dana tersebut digunakan untuk modal membangun gardu induk dan transmisi dalam rangka mendukung program 35 GW.(RI)
Komentar Terbaru