JAKARTA – PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN, Subholding Gas Pertamina meningkatkan layanan gas bumi untuk bisa dimanfaatkan oleh transportasi, sebagai energi alternatif yang ekonomis dan ramah lingkungan di masa transisi energi. Upaya ini juga termasuk dengan melengkapi ekosistem Bahan Bakar Gas (BBG).
Muhammad Hardiansyah, Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia, afiliasi PGN, mengungkapkan bahwa Subholding Gas Pertamina mencoba memberikan alternatif energi gas bumi untuk transportasi sebagai pelengkap energi yang sudah ada.
“BBM tetap ada, kedepannya juga EV. Kemudian transisi energi BBM ke menuju energi baru terbarukan membutuhkan waktu, disitulah peran Subholding Gas untuk mengisi transisi tersebut,” kata Hardiansyah dalam Talkshow “Ekosistem BBG Transportasi di Indonesia” di IIMS 2023, (21/2).
Gagas Energi Indonesia mengimplementasikan konversi BBG ke kendaraan logistik, kendaraan roda empat (taksi konvensional& online), kendaraan roda tiga (bajaj), light vehicle atau kendaraan penumpang, dan sepeda motor.
BBG hadir sebagai alternatif energi yang ramah lingkungan dan ekonomis, karena pasokan gas bumi yang cukup melimpah bersumber dari dalam negeri.”Kelebihan BBG yang ekonomis dapat memberikan penghematan biaya bahan bakar hingga 30%,” ujar dia.
Menurut Hardiansyah, harga BBG ditetapkan oleh Kementerian ESDM yaitu Rp 4.500 per Liter Setara Premium (LSP). “Dimanapaun pengisiannya di seluruh Indonesia, harganya tetap sama. Saat ini ada 50 titik pengisian BBG dan akan bertambah, karena kami sedang mengupayakan untuk mengaktiviasi 34 SPBG,” jelas Hardiansyah.
Saat ini, salah satu inisiatif yang dilakukan adalah pilot project konversi BBG untuk sepeda motor.
Hardiansyah menjelaskan, hampir semua kendaraan dapat dikonversikan ke BBG menerapkan sistem Diesel Dual Fuel – DDF atau bahan bakar ganda selain diesel (BBM dan Gas).
Gas bumi untuk sepeda motor ditampung dalam dua tabung dengan total kapasitas 2,5 LSP dan mampu menempuh jarak hingga 100 KM. Tabung gas untuk sepeda motor berbahan baja yang kuat dan tahan lama. Masa pakai tabung bisa sampai 20 tahun dan telah berstandar internasional ISO 11439. Dengan demikian, gas bumi untuk sepeda motor aman untuk digunakan.
Sama halnya dengan konversi gas pada kendaraan logistik dan sepeda motor, konversi BBG untuk kendaraan penumpang roda empat juga memberikan efisiensi. Pada kendaraan ini, efisiensi yang didapatkan sebesar 55% atau setara dengan Rp 30 juta per tahun. Per unit kendaraan, volume pemakaian gas sebesar 15 liter per hari.
“Konversi BBG yang sudah dilakukan yaitu pada kendaraan logistik pengangkut BBM milik Pertamina dengan sistem dual fuel. Efisiensi biaya yang didapatkan sampai dengan 54 persen dan pengurangan emisi 20 persen. Pemasangan converter dilakukan di SPBG atau MRU,” jelas Hardiansyah.
Dari sisi komposisi, gas bumi adalah metana yang beroktan tinggi dan rendah emisi, menjadikan emisi BBG sebagai bahan bakar yang rendah emisi hingga 20%. Hal ini membuat tarikan lebih mantab dan tenaga kendaraan lebih besar.
“Kita punya potensi, cadangan gas bumi masih banyak. Namun diutilisasi maksimal untuk transportasi. Saatnya Holding Migas Pertamina melalui Subholding Gas Pertamina bisa memberikan kontribusi complementary dengan alternatif lain yaitu gas bumi untuk transportasi,” kata Hardiansyah. (RI)
Komentar Terbaru