JAKARTA – Exxonmobil Cepu Limited optimistis keluar sebagai urutan pertama untuk urusan kontraktor dengan kontributor terbesar produksi minyak nasional pada awal tahun 2025 atau paling tidak di kuartal I tahun ini. Realisasi produksi minyak di blok Cepu yang dikelola Exxon sukses mencapai 150ribuan per hari (bph) atau mengalahkan Blok Rokan yang dikelola Pertamina Hulu Rokan (PHR). Manajemen Exxon sendiri optimistis masih menjaga level produksi seperti ini hingga akhir tahun.

Dave A. Seta, VP Public & Government Affairs, ExxonMobil Cepu Limited menjelaskan salah satu optimisme manajemen dengan performa produksi blok Cepu adalah karena suksesnya dua pemboran sumur Infill Clastic di lapangan Banyu Urip pada tahun lalu.

“Sudah ada dua sumur yang sudah dibor dan hasilnya nantinya sudah membantu untuk tetap menjaga produksi di banyu urip tetap stabil. Alhamdulillah hasilnya itu sudah bisa diatas sampai 150 ribu barrel per hari,” kata Dave saat berdiskusi dengan media pada pekan lalu di Jakarta.

Target pemerintah terhadap Exxon sendiri sebenarnya 136 ribu bph. Optimalisasi produksi melalui drilling campaign yang dilakukan Exxon sejak tahun lalu terbukti memberikan hasil positif. Total ada tujuh sumur clastic yang akan dibor dan dua sumur awal yang telah dibor menghasilkan produksi sebesar 10 ribu bph.

Exxon berencana akan merampungkan pemboran lima sumur clastic pada tahun ini sehingga jika hasilnya positif sama seperti pada dua sumur awal yang sudah dibor maka dampaknya bisa dirasakan pada tahun ini hingg tahun depan.

“Tahun ini bakal lima sumur dibor. Dan dengan tambahan lima pengemboran itu bakal bisa di-maintain di 150 ribuan sampai akhir tahun,” ujar Dave.

Sementara itu, Hudi D. Suryodipuro, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan hasil produksi dari program pemboran Exxon memang diluar dugaan tapi lebih dari itu pemerintah memang mendorong program-program tambahan seperti yang dilakukan Exxon. Perusahaan asal Amerika Serikat itu memang terakhir kali melakukan drilling campaign atau pemboran sumur besar-besaran sekitar delapan tahun lalu.

“Cukup terkejut juga. Wah ini ternyata bagus. Nah Bismillah mungkin akan sama ini.
Kalau umpamanya tiap sumur kalau dua sumur itu 10 ribu berarti kan 5 ribu bph per sumur. Nah tapi kalau umpamanya itu ya kita kan nggak bisa mendahului. Nanti begitu itu sudah pekerjanya dilakukan, dilakukan flow test, segala macem itu baru akan kelihatan wrap up itu seperti apa,” jelas Hudi. (RI)