JAKARTA – Berbekal pengalamannya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM/ITMG) menyatakan akan bertransformasi menjadi perusahaan energi Indonesia terdepan yang lebih hijau dan cerdas dengan memusatkan perhatian pada tiga lini bisnis.
Mulianto, Direktur Utama Indo Tambangraya, mengungkapkan lini bisnis pertama akan fokus pada pertambangan yang mencakup batubara, mineral, dan kegiatan pertambangan terkait lainnya sebagai bisnis utama. Dalam hal ini, perusahaan terus berupaya memaksimalkan aset batubara yang udah ada, termasuk terus mengembangkan tambang di lahan baru (greenfield) yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu pada PT Graha Panca Karsa (GPK), PT Nusa Persada Resources (NPR), dan PT Tepian Indah Sukses (TIS).
“Kami sedang melakukan pra-kajian kelayakan gasifikasi batubara di PT Indominco Mandiri (IMM) dan juga menjajaki peluang investasi di usaha pertambangan mineral dan metal,” ungkap Mulianto, saat dijumpai usai acara Kick Off Pembangunan Persemaian Mentawir oleh ITMG di Jakarta, Rabu(18/5).
Lini bisnis yang kedua, jasa energi yang mencakup jasa kontraktor pertambangan, perdagangan, solusi modal alam, dan pemanfaatan prasarana logistik yang saat ini dimiliki guna menciptakan nilai lebih dari operasi energi perusahaan yang telah mapan. Terakhir adalah bisnis terbarukan dan lain-lain yang berkaitan dengan investasi energi terbarukan dan teknologi energi lainnya.
Ia menjelaskan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pelabuhan Bontang yang dibangun ITMG telah meningkatkan porsi konsumsi energi dari sumber energi terbarukan. Saat ini ITMG juga tengah membangun satu PLTS di Melak. Perusahaan juga memanfaatkan peluang usaha panel surya atap yang kebutuhannya kian bertumbuh di tanah air.
“PT Cahaya Power Indonesia (CPI), sebagai contoh, adalah anak usaha yang baru didirikan sebagai langkah awal perusahaan memasuki bisnis atap surya. Pada kuartal pertama ini, CPI telah menandatangani Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) atap surya dengan total kapasitas 5,9 MWp,” kata Mulianto.
Ia menekankan risiko dampak perubahan iklim masih menjadi faktor utama yang diyakini dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dunia. Manajemen ITMG menyadari hal ini dan memperhatikan komitmen global yang disampaikan dalam forum internasional, salah satunya adalah COP26 yang merupakan konferensi iklim terbesar dan terpenting di dunia.
“Bagi kami, cuaca.buruk yang ekstrim juga dapat menjadi faktor risiko dalam kinerja operasional,” ujar Mulianto.
Untuk merespon semua risiko ini, ITMG menerapkan empat Plus Sasaran Utama (4plus Goals), yaitu melindungi kesehatan karyawan serta terus mendukung masyarakat di sekitar tambang, mengoptimalisasi keuntungan,melanjutkan transformasi digital, dan mewujudkan inisiatif Environmental, Social, and Governance (ESG),meneguhkan Banpu Heart sebagai nilai inti perusahaan, serta transformasi bisnis di luar penambangan batubara, yaitu bisnis energi hijau dan terbarukan.
Mulianto mengatakan banyak inisiatif telah dijalankan, di antaranya telah beroperasinya solar PV powerplant sebesar 3 MW untuk operasional di Bontang. Dengan beroperasinya solar PV powerplant ini, maka kegiatan operasional dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 2.402,09 ton CO2 -eq. ITMG juga tengah memasuki tahap pembangunan solar PV powerplant di Melak sebesar 2 MW. Selain itu juga mendorong konservasi energi di semua lini operasional, yang telahnmencatat pencapaian efisiensi energi sebesar 2,37% dibandingkan penggunaan energi di tahun 2020.
“Melalui berbagai inisiatif dan kebijakan, kami berhasil mengurangi volume emisi GRK sebesar 1.634.175 Ton CO2-eq lebih rendah 1,93% dibanding tahun 2020 yang mencapai 1.666.284 Ton CO2-eq. Dukungan serapan karbon juga didapatkan dari kegiatan revegetasi di
lahan pascatambang, yaitu sebesar 58.362,47 ton CO2,” ungkap Mulianto
ITM juga kembali menyerahkan hasil
penanaman seluas 14.433 Ha area rehabilitas Daerah Aliran Sungai (DAS) kepada Pemerintah. Hingga akhir 2021 telah dilaksanakan penanaman sebesar 32.424 Ha dari total 48.010 Ha luas penetapan.
“Capaian komitmen mengantarkan ITMG melalui anak usahanya, yaitu BEK (PT Bharinto Ekatama), terpilih sebagai salah satu dari lima perusahaan untuk menjadi bagian dari kerja besar nasional dalam melakukan rehabilitasi DAS seluas 250 Ha di perbukitan Menoreh, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah,” kata Mulianto.(RA)
Komentar Terbaru