JAKARTA– Lapangan Tunu dan South Mahakam di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur masih menjadi andalan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dalam kegiatan produksi minyak dan gas bumi pada 2022. PHM, yang merupakan anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), bagian dari PT Pertamina Hulu Energi Subholding Upstream Pertamina, menargetkan produksi sesuai Work Plan and Budget (WP&B) tahun depan sebesar 26,26 ribu barel oil per day (bopd) dan produksi gas 550 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
“PHM memiliki beberapa lapangan produksi yang berkontribusi terhadap produksi keseluruhan bagi PHM, yaitu Bekapai, Peciko, Handil, Sisi Nubi, dan Tambora. Terbesar berasal dari South Mahakam dan Tunu,” ujar Agus Amperianto, General Manager PT Pertamina Hulu Mahakam, kepada Dunia Energi, Kamis (30/12).
Agus mengatakan, untuk mencapai target tersebut PHM memaksimalkan pengembangan lapangan-lapangan di WK Mahakam, salah satunya Lapangan Handil, produksi migas lanjutan dengan mekanisme Enhanced Oil Recovery (EOR), yang akan mulai diimplementasikan pada 2022.
“Target sumur pengeboran pada 2002 sebanyak 96 sumur pengembangan yang jumlahnya meningkat signifikan dibandingkan pada 2021 yang berjumlah 73 sumur pengembangan,” ujarnya.
Agus Amperianto, GM Pertamina Hulu Mahakam. (foto: dudi rahman)
Agus tak menampik bahwa tantangan besar dihadapi PHM untuk mencapai target tersebut. Tantangan itu antara lain produksi 2022 yang lebih tinggi dibanding 2021. Selain itu, kondisi lapangan-lapangan dan fasilitas produksi yang sudah mature di Wilayah Kerja Mahakam. “Solusinya adalah menciptakan berbagai inovasi serta aktif melakukan pengeboran sumur,” katanya.
Di luar itu, PHM juga mengalihkan (carry over) pekerjaan pada 2021 akan membantu produksi 2022. Selain itu, tiga anjungan lepas pantai baru di Jumelai, North Sisi North Nubi diharapkan dapat memberikan impact produksi yang cukup baik karena berasal dari area yang less developed (noninfill) sehingga laju produksi dan cadangan akan relatif lebih tinggi dibandingkan sumur-sumur sisipan yang dibor pada 2021.
Hingga Selasa (28/12) lalu, PHM mencatatkan produksi gas 526,1 mmscfd dan minyak 24,9 ribu bopd. Capaian produksi ini turun dibandingkan realisasi sepanjang 2020 yang mencapai 606 mmscd, minyak 29,5 ribu bopd.
Agus mengatakan laju decline yang tinggi dari lapangan yang sudah mature tidak dapat sepenuhnya diimbangi oleh sumur-sumur baru yang juga sudah mulai kecil laju produksi dan cadangannya. Selain itu, penurunan program kerja pengeboran sumur-sumur baru pada 2020 karena pandemik juga berimbas pada produksi 2021 karena berkurangnya kegiatan well intervention disebabkan berkurangnya sumur baru yang dibor pada 2020 tersebut. (DR)
Komentar Terbaru