KEYAKINAN akan masih adanya potensi cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia terus ditanamkan dalam beberapa tahun terakhir dan makin gencar didengungkan padahal kinerja lapangan-lapangan migas juga menurun. Industri migas makin tersudut lantaran berbagai kampanye untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi tidak kunjung membuahkan hasil. Awan mendung terus menyelimuti industri hulu migas, apalagi ketika pandemi COVID-19 datang melanda harapan akan adanya temuan cadangan migas terus memudar.

Kehilangan harapan ini semakin berbahaya karena tanpa adanya penemuan cadangan migas dalam jumlah jumbo jangan harap produksi migas Indonesia bisa meningkat. Bayang-bayang jurang kehancuran industri migas makin mendekat dan tidak terelakan.

Tanpa disangka angin perubahan akhirnya berhembus. Asa itu datang dari sumber yang tidak diduga-duga sebelumnya. Tepatnya sekitar 85 kilometer dari lepas pantai Kalimantan Timur yaitu Sumur Geng North-1, blok North Ganal. Angin kebahagiaan benar-benar bertiup kencang ketika ENI mengumumkan adanya temuan cadangan gas besar alias “Big Fish” yakni mencapai 5,3 Triliun Cubic Feet (TCF) gas serta 380 juta barel minyak pada Oktober tahun 2023 lalu. Tidak hanya ENI tapi pemerintah dan stakeholder menyambut suka cita temuan tersebut yang memberikan petunjuk terang benderang bahwa potensi migas Indonesia memang belum habis.

Setelah temuan itu Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) langsung tancap gas agar cadangan tersebut bisa segera dimonetisasi. Komitmen percepatan dalam mengurus berbagai perizinan, serta persoalan birokrasi lainnya dijawab tuntas dengan disetujuinya rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) Geng North oleh Menteri ESDM pada 23 Agustus 2024 atau belum genap satu tahun sejak ENI umumkan temuan cadangan Big Fish.

Persetujuan kilat POD Geng North lagi-lagi jadi angin segar bagi iklim investasi hulu migas tanah air lantaran pada masa sebelumnya untuk mengurus POD bisa bertahun-tahun. Tentu kita masih ingat dengan kisah “abadi” dari Lapangan Abadi, Blok Masela. Untuk bisa mendapatkan POD seperti yang akhirnya dieksekusi oleh INPEX Corporation seperti sekarang saja butuh waktu lebih dari 15 tahun.

Industri migas tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia dikejutkan dengan temuan Big Fish lainnya setelah Geng North yaitu di blok South Andaman tepatnya sekitar 100 kilometer lepas pantai Sumatera bagian utara. Mubadala Energy, perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA) kali ini jadi aktor utama dengan menemukan cadangan gas besar di sumur Layaran-1. Tidak tanggung-tanggung jumlah cadangan gas yang diperkirakan ditemukan Mubadala Energy mencapai 6 TCF. Ini tentu tercatat sebagai salah satu temuan cadangan gas terbesar setelah blok Masela. Pemerintah menargetkan POD Layaran-1 bisa disetujui juga pada tahun ini.

Keran penemuan potensi Big Fish lainnya seolah langsung terbuka lebar apalagi wilayah Sumatera basin memang diyakini masih menyimpan potensi hidrokarbon besar. Ini ditunjukkan dengan kembali ditemukannya potensi Big Fish di area klaster Andaman. Pada Maret tahun ini, Mubadala Energy kembali jadi aktor protagonis dengan mengumumkan temuan cadangan gas dan kondesat di sumur Tangkulo-1. Mubadala Energy merilis informasi perkiraan cadangan gas di sana mencapai 2 TCF.

Selanjutnya temuan cadangan migas juga sukses diraih oleh perusahaan migas plat merah. Di blok Rokan, Pertamina bahkan menemukan dua sumber migas baru tepatnya di sumur Pinang East-1 untuk potensi cadangan minyak serta Astrea-1 untuk potensi cadangan minyak dan gas.  Bergeser ke timur, afiliasi Pertamina lainnya yaitu PT Pertamina EP sukses menemukan cadangan minyak dan gas di sumur Julang Emas (JLE)-001, Banggai, Sulawesi Tengah. Empat temuan cadangan migas di enam bulan pertama tahun ini jika ditotal sumberdaya-nya sekitar 354 ,63 MMBOE. Berdasarkan catatan SKK Migas, success ratio kegiatan eksplorasi sepanjang semester 1 mencapai 38% yang diperoleh dari kegiatan 17 pemboran sumur eksplorasi dengan ditemukan discovery tiga sumur, lima dry sementara sisanya sembilan sumur masih berlangsung, jadi tidak tertutup kemungkinan disisa waktu tahun ini bakal ditemukan big fish lainnya. Realisasi hasil temuan migas ini jadi pertanda baik di awal tahun naga.

Success ratio dalam aktivitas eksplorasi di Indonesia yang mencapai 38% ini juga bukan perkara sepele. Karena rata-rata dunia saja success story-nya tidak lebih dari 30%.

Sumber : Ditjen Migas Kementerian ESDM. Diolah : Dunia Energi

 

Sumber : SKK Migas

Panen Big Fish dalam dua tahun terakhir tidak lepas dari kondisi iklim investasi yang terjaga dengan baik. Pemerintah terlihat mampu menyesuaikan ritme para pelaku usaha yang pada dasarnya juga tidak menutup diri dalam upaya perburuan cadangan migas. Karena hingga kini dan di masa mendatang industri hulu migas masih sangat diperlukan. SKK Migas dan pemerintah terus menyesuaikan keadaan dan membuka pintu dialog yang sebesar-besarnya dengan para pelaku usaha untuk membahas masalah dan tantangan yang bisa berpotensi menggerus keekonomian proyek migas.

Inisiatif pemerintah untuk tidak ketinggalan dari para pelaku usaha salah satunya bisa dilihat dalam pembahasan POD Geng North. Bahkan dalam POD ini dimasukkan juga rencana pengembangan lapangan Gehem dari proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) atau proyek migas laut dalam yang sempat mangkrak bertahun-tahun. Total estimasi produksinya sendiri mencapai 1 Billion Cubic Feet per Day (BCFD).

Benny Lubiantara, Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, mengungkapkan ada beberapa kriteria lapangan yang memungkinkan untuk bisa mempercepat proses pengurusan rencana pengembangan. Selain itu kepercayaan para pelaku usaha terhadap regulasi sedang berlaku di suatu wilayah juga memainkan peran penting. Dia menjelaskan pada dasarnya semua POD harus di “fast track” kan, apalagi jika volume sumber dayanya besar, data sub surface sudah memadai, infrastruktur dan market tersedia. “Lapangan Geng North memenuhi kriteria ini,” kata Benny saat dihubungi Dunia Energi, Kamis (29/8). “Disamping itu  ENI memang track recordnya secara global cepat dalam pengembangan lapangan,” Benny menambahkan.

Satu poin plus ENI menurut Benny juga adalah strategi mereka yang fokus mencari potensi di wilayah dimana infrastruktur dan market tersedia sehingga bisa cepat di monetisasi.

Kerja “sat-set” dalam mengurus montetisasi cadangan juga bakal diterapkan pada temuan Layaran-1, South Andaman oleh Mubadala Energy dan calon temuan-temuan lainnya. Dengan jumlah cadangan yang jauh lebih besar dan faktor ketersediaan infrastruktur tentu jadi preseden sangat positif ketika POD bisa disetujui dalam kurun waktu kurang dari setahun.

“South Andaman rencananya akan fast track melalui pengembangan tahap pertama disana, semoga bisa approved POD akhir tahun ini, kalau nanti terjadi, ini akan cepat juga, dari discovery sampai POD approval kurang dari satu tahun,” jelas Benny.

Kecepatan dalam proses bisnis di hulu migas ini tentu sangat mempengaruhi nantinya ke gairah investasi industri hulu migas. Para pelaku usaha tentu juga tidak ingin berlama-lama berkutat dalam lingkaran setan birokrasi, dengan tetap tidak melupakan kaidah berbisnis yang sesuai aturan.

Pembenahan dalam proses bisnis hulu migas ini menunjukkan perkembangan positif. Menurut Lembaga Pemeringkat Internasional Standard & Poor’s (S&P) Sejak tahun 2020, daya tarik investasi hulu migas di Indonesia telah meningkat berkat dukungan pemerintah melalui sistem fiskal yang lebih fleksibel dan berbagai strategi pendukung lainnya yang menurunkan risiko investasi. Peningkatan nilai daya saing investasi hulu migas Indonesia pada awal tahun 2024 tercatat senilai 5,30 atau tumbuh dari nilai sebelumnya yaitu 4,75 pada tahun 2020.

Pertumbuhan indeks daya saing investasi hulu migas ini juga sejalan dengan terus meningkatnya perhatian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terhadap aktivitas eksplorasi. Jadi tidak hanya sebatas menjaga kinerja produksi tapi kesadaran untuk menemukan cadangan baru demi meningkatkan produksi juga mulai menggeliat dimana porsi investasi khusus untuk kegiatan eksplorasi terus tumbuh dalam empat tahun terakhir.

Salah satu cara SKK Migas untuk “berlari” bersama para pelaku usaha adalah melalui digitalisasi. Tidak hanya efisiensi yang dikejar, tapi transparansi juga jadi nilai utama ketika digitalisasi bisa diterapkan. Paling terasa adalah fasilitas IOG e-Commerce yang hingga kini telah terdapat 132 penyedia barang dan 2425 item telah terdaftar di IOG e-Commerce, dengan 28 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang sudah mulai bertransaksi.

 

Perburuan “Big Fish” Makin Gencar

Harapan akan adanya Big Fish lain sangat besar, karena perusahaan papan atas kini kembali “turun gunung” memburu cadangan migas. Bp misalnya kembali aktif melakukan eksplorasi di wilayah terbuka setelah berhasil mendapatkan hak kelola dua blok sekaligus yakni Blok Agung I dan Agung II pada tahun 2022 telah menyelesaikan tahapan survei seismik dan ditargetkan bisa melakukan pemboran eksplorasinya pada tahun 2026.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengakui dampak dari beberapa temuan Big Fish dalam dua tahun terakhir memang tidak kecil. Dia menilai semangat para pelaku usaha untuk temukan Big Fish lainnya sangat terasa.

“Sejak tahun 2022 ada temuan cadangan jumlahnya besar dan memang itu sangat sangat mempengaruhi posisi Indonesia di dalam eksplorasi,” ujar Dwi beberapa waktu lalu di Kantor SKK Migas.

Tidak hanya bp, ExxonMobil yang kini jadi operator blok Cepu, blok penghasil minyak terbesar di Indonesia juga tidak mau ketinggalan. Salah satu raksasa penghasil minyak itu kini ambil bagian dalam perburuan cadangan migas dengan melakukan joint study di sekitar wilayah Andaman. Seperti diketahui Andaman memang jadi primadona sekarang setelah ditemukannya big fish oleh Mubadala di blok South Andaman. “Exxomobil pun tidak hanya berhenti di Banyu Urip,” kata Dwi bersemangat.

Tidak berlebihan jika Indonesia saat ini dikenal sebagai tempat favorit untuk eksplorasi karena memang dari data yang ada total ada 128 cekungan yang ada, baru 20 diantaranya yang sudah berproduksi, delapan cekungan sudah dibor dan masih ada 68 cekungan yang belum tersentuh sama sekali.

“Jadi kalau kita sebut bahwa Indonesia kembali ke eksplorasi, sebagai negara, tempat untuk eksplorasi. Karena memang kita sudah selalu sampaikan bagaimana kita ada 128 cekungan belum dieksplorasi semuanya,” jelas Dwi.

Cara pandang praktisi migas internasional terhadap Indonesia juga berangsur berubah. Dorongan pemerintah agar aktifitas beralih ke Indonesia bagian timur disambut baik para investor.

Saat ini juga sudah banyak area sudah dideteksi potensi cadangan hidrokarbon yang menjanjikan. Hasil eksplorasi survei seismik 2D Jambi Merang telah melahirkan enam wilayah potensial yang akhirnya saat ini sudah dilakukan Joint study di wilayah tersebut. Sebut saja di area jawa timur, area Sulawesi Tenggara, Bone, Seram, Buton serta area West Timor.

Selain itu ada juga kegiatan joint study di area potensial lain yang ditemukan tim khusus bentukan Menteri ESDM diantaranya ada di area Andaman, Jawa Timur, Kangean Utara dan Sumatera Selatan. Kemudian beberapa area juga langsung diminati oleh para pelaku usaha dan saat sedang dilakukan joint study yaitu joint study area Seram Aru, Sumatera Utara, Natuna Timur serta area Bintuni.

Optimisme akan ditemukannya Big Fish dari banyaknya kegiatan joint study ini bisa dilihat dari telah dikelolanya tiga blok migas berdasarkan temuan kegiatan seismik Jambi Merang dan hasil evaluasi tim khusus eksplorasi bentukan pemerintah. Tiga blok tersebut adalah blok East Natuna yang kini dikelola Pertamina Hulu Energi (PHE) dulu merupakan area Natuna. Posco sekarang mengelola blok Bunga yang dulu adalah area Jawa Timur. Serta ada area Aru yang kini menjadi blok Bobara dan dikelola oleh Petronas.

Hadi Ismoyo, Praktisi Migas yang juga mantan Sekretaris Jendral Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), menilai terobosan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini SKK Migas termasuk cukup mengejutkan mengingat sudah lama alur proses pembahasan POD terkenal jadi salah satu proses paling panjang menyita waktu serta biaya yang tidak sedikit. Tentu percepatan ini sangat membantu dalam upaya menjaga iklim investasi migas di tanah air.

“Dalam perspektif tata kelola waktu tentu ini sangat luar biasa terobosan yang di lakukan oleh SKK Migas. Tentu layak didukung, agar proses discovery to development semakin singkat,” jelas Hadi saat dihubungi Dunia Energi, Jumat (30/8).

Sementara itu, Mulyanto, Anggota Komisi VII DPR RI, mengungkapkan transformasi proses bisnis yang dimotori SKK Migas patut diapresiasi, karena dalam waktu yang relatif cepat sejak ditemukannya cadangan migas tersebut, dapat diterbitkan POD. Menurutnya kondisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya jika ada keinginan kuat memang bisa diciptakan lingkungan birokrasi yang efisien.

Dia juga menilai cepatnya penerbitan POD Geng North menjadi preseden yang sangat bagus dalam membangun iklim investasi hulu migas nasional. “Ke depan pemerintah perlu menjaga ritme kerja ini dalam membangun birokrasi yang efisien di sektor hulu migas,” kata Mulyanto kepada Dunia Energi, Jumat (30/8).

Tutuka Ariadji,  Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga mantan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan sebelum memasuki masa pensiun dia telah merasakan betul perubahan yang terjadi dalam pembahasan proses bisnis persetujuan POD di lingkungan pemerintah. “SKK Migas dan Ditjen Migas telah membangun sistem One-Team yang bekerja bersama secara langsung setiap bahasan agar cepat, akurat, dan memenuhi aturan yang berlaku,” ungkap Tutuka saat dihubungi Dunia Energi, Sabtu (31/8).

Menurut dia kecepatan proses persetujuan POD tidak lepas dari kondisi geologi blok migas. Geng North misalnya, kebetulan model geologinya text book artinya dengan data yang tersedia bisa diinterprestasikan membentuk model geologi dengan pelamparan yang ideal dengan batas-batas yang jelas sehingga volume sumberdaya hidrokarbonya dapat diestimasi dalam waktu relatif singkat.

Selain itu salah satu kunci keberhasilan dalam eksplorasi adalah penguasaan keilmuan geologi di kawasan yang dikelola dengan mendalam melalui ketekunan yang luar biasa. “Serta penggunaan teknologi yang dimutakhirkan dan sarana/fasilitas yang mampu memproses data skala luar biasa cepat (skala peta flop) sehingga mempercepat proses interpretation dan perhitungan,” jelas Tutuka.

Melakukan kegiatan eksplorasi yang tekun tentu butuh kenyamanan. Ini yang terus dikejar oleh SKK Migas dan pemerintah, membuat suasana kondusif sehingga para pelaku usaha bisa fokus melakukan eksplorasi seperti survei, pengolahan data, sampai bor sumur. Jika kenyamanan sudah didapat dan iklim investasi terjaga, maka yakinlah tinggal menunggu waktu sebelum Big Fish Dipanen!