JAKARTA – Harga saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS), badan usaha milik negara di sektor infrastruktur dan distribusi gas, tercatat telah menguat 40,5% dalam perdagangan satu bulan terakhir. Jika pada Jumat, 1 Juli 2016 saham Perusahaan Gas Negara atau PGN tercatat Rp2.340, maka pada penutupan perdagangan Jumat, 29 Juli 2016, saham PGN tercatat berada di level Rp3.290.
Edwin Sebayang, Head of Research PT MNC Securities, mengatakan penggabungan dua perusahaan BUMN energi akan berdampak positif, baik untuk PGN maupun Pertamina. “Penggabungan akan berdampak positif, baik dari sisi bisnis, distribusi dan manajemennya. Saat ini yang masih ditunggu adalah penggabungan seperti apa yang akan dilakukan,” kata dia, Senin (1/8).
Menurut Edwin, rencana penggabungan PGN, sebagai perusahaan terbukanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ke dalam PT Pertamina (Persero) tentu akan berdampak kepada pemegang saham publik PGN. Mekanisme penggabungan, apakah PGN akan dilebur ke Pertamina atau PGN sebagai anak usaha Pertamina.
“Jika PGN sebagai anak usaha, maka PGN tentu tidak perlu melakukan go private,” tukas Edwin.
Pemerintah segera merealisasikan pembentukan induk usaha badan usaha milik negara (BUMN) energi dengan menggabungkan PGN ke dalam Pertamina. Kementerian BUMN menargetkan draf peraturan pemerintah pembentukan holding bisa rampung dan ditandatangani oleh seluruh stakeholder di akhir Agustus tahun ini.
Yosefa Gunastuti, Sekretaris Jenderal Asosiasi Wakil Perantara Pedagang Efek Indonesia, mengatakan rencana PGN akan berada di bawah Pertamina memiliki dampak baik terhadap harga saham PGN.
“Untuk itu ke depan pun saya yakin pasti bagus. Memang, jika terdapat fluktuasi harga saham lain yang lebih baik, tentu akan membuat penurunan dulu. Karena akan menakutkan jika naik terus. Tapi yang jelas, saya melihat, secara keseluruhan, rencana holding tersebut sangat baik bagi harga saham PGN,” lanjut dia.
Yosefa menambahkan, pelaku pasar termasuk investor melihat positif, karena holding BUMN akan lebih menyehatkan PGN. Dengan berada di bawah Pertamina, maka PGN akan semakin kuat dan penanaman modal juga semakin baik.
“Apalagi publik menilai bahwa PGN selama ini agak privat. Sehingga dengan adanya Pertamina, dia akan menjadi semakin terbuka dan sehat,” ujar Yosefa.
Berly Martawardaya, pengamat ekonomi energi Universitas Indonesia, mengatakan rencana pembentukan holding BUMN energi memang memiliki pengaruh positif terhadap kenaikan harga saham PGN. “Kenaikan yang terjadi tinggi sekali, di atas 20%. Berarti pasar memang menanggapi positif. Kalau kenaikan lima persen, bisa dibilang bahwa hal itu dipengaruhi sentimen umum,” kata dia.
Menurut Berly, tingkat kenaikan yang begitu tinggi mengindikasikan bahwa pasar memang menilai holding BUMN energi menguntungkan. Apalagi, perusahaan energi yang memang seharusnya semi monopoli atau irregulated monopoly, yaitu pengaturan dalam satu perusahaan.
“Investor juga melihat bahwa holding memang menguntungkan. Pasalnya, holding menjadikan perusahaan lebih efisien, terjadi cost saving, maka profit juga akan lebih tinggi sehingga dividen juga akan lebih tinggi,” tandas dia.(RA/EA)
Komentar Terbaru