JAKARTA – Penguatan harga minyak dunia makin tidak tertahan untuk melaju di level US$50 per barel seiring dengan gangguan produksi yang dialami Kanada dan Nigeria yang memberi kontribusi besar memasok kebutuhan minyak dunia.
Harga minyak mentah di Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, ditutup naik 67 sen atau 1,3% ke angka US$50,36 per barel di New York Mercantile Exchange pada Selasa (Rabu pagi WIB). Sementara minyak Brent, yang merupakan patokan harga Eropa, naik 89 sen atau 1,8% ke level US$51,44 per barel di ICE Futures Europe.
Dalam beberapa pekan terakhir harga minyak dunia bergerak cukup positif didorong penurunan produksi yang dipicu oleh terganggunya operasi beberapa produsen besar seperti Nigeria dan Kanada. Serangan ke fasilitas minyak dan gas di Nigeria telah menyebabkan penurunan produksi.
Delta Niger Avengers, sebuah kelompok militan baru di Nigeria, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap pipa minyak dan gas di Nigeria.Serangan tersebut telah memangkas produksi minyak Nigeria menjadi 1,6 juta barel per hari, jauh di bawah 2,2 juta barel per hari yang ditargetkan.
Sementara di Kanada yang merupakan salah satu negara yang terkenal sebagai produsen minyak terbesar harus menutup beberapa fasilitas minyak untuk mengurangi risiko akibat kebakaran besar yang melanda negara tersebut. Dengan penutupan tersebut pasokan minyak mentah ke dunia berkurang.
Permintaan yang meningkat dan berkurangnya stok minyak Amerika juga ikut mendorong peningkatan harga minyak dunia.The Energy Information Administration merilis informasi bahwa produksi minyak mentah AS turun 250 ribu barel per hari pada Mei jika dibandingkan dengan April.Penurunan tersebut merupakan terbesar dalam satu bulan di tahun ini.
Analis dan pelaku pasar mengharapkan dalam laporan selanjutnya stok minyak mentah domestik turun pada pekan lalu karena permintaan yang kuat dan penghematan dalam produksi baru.”Faktor yang benar-benar fundamental telah membuat harga minyak menguat secara signifikan dalam enam sampai delapan minggu terakhir,” kata Michael Tran, Analis komoditas RBC Capital Markets.(RI)
Komentar Terbaru