TOKYO- Kendala pasokan dan kekhawatiran serangan Rusia kepada negara tetangganya, Ukraina, mendorong penguatan harga minyak global. Hal ini mendorong harga minyak menuju kenaikan mingguan keempat kendati sumber menyatakan China akan merilis cadangan minyak mentah sekitar Tahun Baru Imlek.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,59 atau 1,9% pada harga US$86,06 per barel pada Senin (17/1/2022). Posisi tersebut level tertinggi dalam 2,5 bulan terakhir. Secara mingguan, harga minyak Brent naik 5,4% secara mingguan. Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,70, atau 2,1 persen, ke harga US%83,82 per barel. WTI naik 6,3% secara mingguan. Di awal sesi, WTI mencapai US$84,78 per barel, posisi tertinggi sejak 10 November 2021.
Baik Brent dan berjangka AS memasuki wilayah overbought untuk pertama kalinya sejak akhir Oktober.
“Orang-orang yang melihat gambaran besarnya menyadari bahwa situasi penawaran versus permintaan global sangat ketat dan itu memberi pasar dorongan yang kuat,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Flynn menambahkan bahwa pedagang tidak ingin short di pasar karena ketegangan meningkat antara Rusia dan Ukraina dan menjelang long weekend di AS untuk liburan Martin Luther King Jr Day, yang biasanya volume perdagangan tampak lebih rendah.
Pada perdagangan awal pekan ini harga minyak mentah berjangka Brent berada di level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun. Hal ini dipico oleh sikap investor yang bertaruh pasokan akan tetap ketat di tengah produksi yang tertahan oleh produsen utama. Pada saat yang sama permintaan global tidak terganggu oleh virus corona varian Omicron.
Pembelian minyak yang panik, didorong oleh pemadaman pasokan dan tanda-tanda varian Omicron, tidak akan mengganggu seperti yang dikhawatirkan untuk permintaan bahan bakar, telah mendorong beberapa nilai minyak mentah ke posisi tertinggi dalam beberapa tahun. Hal ini diperlihatkan dengan rally di Brent berjangka dapat dipertahankan lebih lama.
Toshitaka Tazawa, Analis di Fujitomi Securities Co Ltd, menyatakan sentimen bullish terus berlanjut karena OPEC+ tidak menyediakan cukup pasokan untuk memenuhi permintaan global yang kuat. “Jika dana (investasi) meningkatkan bobot alokasi untuk minyak mentah, harga bisa mencapai level tertinggi 2014,” ujarnya.
OPEC+ secara bertahap melonggarkan pengurangan produksi yang diterapkan ketika permintaan runtuh pada 2020. Namun, banyak produsen yang lebih kecil tidak dapat meningkatkan pasokan dan yang lain waspada untuk memompa terlalu banyak minyak jika terjadi kemunduran COVID-19 baru.
Pejabat AS menyatakan kekhawatirannya pada Jumat bahwa Rusia sedang bersiap untuk menyerang Ukraina jika diplomasi gagal.
Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) telah mengadakan pembicaraan dengan beberapa perusahaan energi internasional mengenai rencana darurat untuk memasok gas alam ke Eropa jika konflik antara Rusia dan Ukraina mengganggu pasokan Rusia, dua pejabat AS dan dua sumber industri mengatakan kepada Reuters, Jumat pekan lalu.
Stok minyak mentah AS, sementara itu, turun lebih dari yang diharapkan ke level terendah sejak Oktober 2018. Tetapi Energy Information Administration (EIA) menyebut persediaan bensin melonjak karena permintaan yang lemah.
“Kekhawatiran atas kendala pasokan melebihi berita kemungkinan pelepasan minyak China dari cadangan,” ujar Tazawa.
Sumber menyatakan kepada Reuters bahwa China berencana melepaskan cadangan minyak pada liburan Tahun Baru Imlek antara 31 Januari dan 6 Februari 2022 sebagai bagian dari rencana yang dikoordinasikan oleh AS dengan konsumen utama lainnya demi mengurangi harga minyak global. (DR)
Komentar Terbaru