JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS) membukukan laba bersih Rp434, 48 miliar pada semester I 2024, melonjak dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya meraih Rp16,26 miliar. Lonjakan laba bersih Timah ditopang kenaikan pendapatan menjadi Rp5,21 triliun, lebih tinggi 14% dibanding semester I 2023 sebesar Rp4,57 triliun. Kenaikan pendapatan seiring dengan kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 13% dari US$26.828 per metrik ton pada semester I-2023 menjadi US$30.597 per metrik ton pada semester I 2024.

Disisi lain, harga pokok pendapatan turun sebesar 4% dari Rp4,16 triliun pada semester I 2023 menjadi Rp3,99 triliun pada semester I-2024. Ini membuat Timah membukukan laba usaha sebesar Rp688 miliar dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp1,21 triliun atau 227% dari semester I-2023.

Fina Eliani, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah, mengatakan seiring berjalannya perbaikan tata kelola pertambangan dan niaga timah Indonesia, peningkatan produksi bijih timah, membaiknya harga jual rerata logam timah serta efisiensi yang dijalankan perseroan pada semester I-2024 jika dibandingkan tahun sebelumnya berdampak positif pada kinerja keuangan.

“Perseroan secara bertahap memperbaiki kinerja operasi produksi dengan menambah jumlah unit tambang darat, pembukaan lokasi baru, jumlah kapal isap produksi yang beroperasi, serta tetap fokus pada program efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis perseroan,” ujar Fina, Rabu (31/7).

Pada enam bulan pertama 2024, Timah mencatat produksi bijih timah sebesar 10.250 ton atau naik 32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7.755 ton. Adapun produksi logam naik 19% menjadi 9.675 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8.100 ton, sementara penjualan logam timah turun 0,1% menjadi 8.299 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8.307 ton.

Harga jual rata-rata logam timah sebesar US$30.397 per metrik ton atau naik 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$26.828 per metrik ton. Dalam kurun waktu tersebut, Timah mencatatkan ekspor timah sebesar 90% dengan enam besar negara tujuan ekspor meliputi Singapura 18%; Korea Selatan 16%; India 13%; Amerika Serikat 10%; Jepang 8% dan Belanda 6%.

Harga logam timah London Metal Exchange (LME) melonjak di semester I 2024 dan ditutup di harga US$33.000 per metrik ton pada akhir Juni 2024. Sementara, produksi timah dunia mengalami penurunan yang diakibatkan oleh terbatasnya pasokan logam timah dari Indonesia, Myanmar dan Republik Demokratik Kongo ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik global yang masih berlanjut mendorong kenaikan harga logam timah.

Berdasarkan CRU Tin Monitor, produksi logam timah dunia di semester I-2024 diperkirakan turun 6,7% (YoY) menjadi 169.800 ton. Sementara, persediaan timah di gudang LME pada akhir Juni 2024 berada di posisi 4.770 ton, turun 36% dari awal tahun 2024 di posisi 7.450 ton. Kondisi tersebut berdampak baik bagi Perseroan sehingga Perseroan berhasil meningkatkan laba bersih sebesar 2570% menjadi Rp434,48 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.(AT)