JAKARTA – PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), perusahaan tambang emas, optimistis kinerja operasi maupun finansial pada 2024 akan lebih baik dari tahun 2023. J Resources menargetkan pendapatan bisa tembus di level US$230 juta hingga US$240 juta pada akhir 2024,  lebih tinggi dibanding  pendapatan sepanjang 2023 sebesar US$170 juta.  Dan hingga November 2024, pendapatan dari penjualan emas perusahaan sudah mencapai US$217,25 juta.

Edi Permadi, Direktur Utama J Resources, mengatakan kondisi geopolitik, baik di Timur Tengah maupun di Eropa Utara telah membuat permintaan emas meningkat karena banyak yang memutuskan memilih emas sebagai safe haven-nya.

“Ini membuat permintaan emas menguat yang berdampak pada harga emas yang naik, meski indeks dolar AS juga naik,” ujar Edi di Jakarta, Jumat (13/12).

Selain itu, Pemerintah China yang ingin memperkuat fundamental ekonominya dengan membeli emas lebih banyak. Demikian juga dengan aspek budaya, dimana India dan China juga banyak mengkoleksi emas sehingga permintaanya naik dan harga pun ikut terkerek.

“Dengan kondisi pasar yang positif ini maka kami bisa sampaikan operasi kami secara fundamental cukup kuat. Karena permintaan yang membuat harga tetap menguat. Apalagi ditopang dengan kinerja operasi kami yang juga baik,” ungkap Edi.

J Resources menargetkan produksi emas menyentuh di level 100.000 ons pada akhir 2024, lebih tinggi dari torehan sepanjang 2023 di level 93,7 ribu ons. Hingga November 2024 akumulasi produksi PSAB telah mencapai 93.027 ons, dengan nilai penjualan sebesar US$217,25 juta.

“Jadi yang Desember ini produksinya kami harapkan akan mencapai sampai dengan total full year di 100.000 ons,” kata Edi.

Direktur J Resources Sanjaya J mengatakan proyeksi pendapatan akhir tahun ini ditopang oleh harga penjualan rata-rata atau average selling price (ASP) emas yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
“Dengan pencapaian produksi yang kami targetkan kurang lebih 100 ribu ons dengan harga emas saat ini per akhir tahun kami menargetkan estimasi pendapatan US$230 juta sampai dengan US$240 juta,” ungkap Sanjaya.

J Resources berhasil mencetak laba positif sampai akhir September 2024 di angka US$4,45 juta. Angka itu berbalik untung dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sempat merugi US$13,40 juta.

Faktor pendorong laba perseroan ialah pertumbuhan kinerja penjualan yang lebih tinggi dari beban pokok. J Resources melaporkan penjualan senilai US$173,86 juta, naik 86.79% secara tahunan (year on year/YoY).

Perbaikan bottom line ini sejalan dengan kenaikan top line. Penjualan J Resources tumbuh 86,78% secara tahunan dari US$ 93,08 juta menjadi US$ 173,86 juta dalam sembilan bulan 2024.
Sanjaya optimistis J Resources bisa melanjutkan pertumbuhan kinerja pada tahun depan. Dengan asumsi tingkat harga emas bisa bertahan di sekitar level saat ini.

Adapun, harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) emas per November mencapai sekitar U$ 2.300 per ounces. Sedangkan harga emas global saat ini sudah berada di atas level US$ 2.600 per ounces.

Proyek Doup

Saat ini tulang punggung produksi emas J Resources masih berada di Blok Bakan dan Penjom. Ke depan, produksi emas J Resources bakal terdongkrak oleh kontribusi dari proyek tambang emas Doup. J Resources ingin memastikan penggunaan teknologi pemrosesan yang tepat, sehingga tingkat recovery di proyek Doup bisa optimal.

Menurut Sanjaya, proyek Doup yang berlokasi di Bolaang Mongondow Timur – Sulawesi Utara ini membutuhkan investasi US$400 jutaan. Sampai saat ini, J Resources telah mengucurkan investasi sekitar US$70 juta.

Setelah beroperasi, Doup diproyeksikan bisa memproduksi sebanyak 140.000 – 155.000 ounces emas per tahun. Dengan demikian jika dijumlahkan dengan produksi emas dari Blok Bakan sekitar 80.000 – 90.000 ounces, maka produksi J Resources ditambah dengan proyek Doup akan menyentuh diatas 200.000 ounces. Dengan proyeksi umur tambang selama 14 tahun, pada estimasi tingkat harga emas saat ini Doup berpotensi menghasilkan pendapatan sekitar US$ 3 miliar.(AT)