JAKARTA – PT Timah (Persero) Tbk (TINS), menargetkan pendapatan Rp9,21 triliun, naik 34,6% dibanding realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 6, 84 triliun. Pendapatan perseroan tahun lalu pada turun 9% dibanding pendapatan 2014.
Purwijayanto, Direktur Timah, mengatakan dengan keluarnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 33 Tahun 2015 yang mengatur kembali tata niaga komoditas logam timah, dimana aturan tersebut adalah penyempurnaan dari peraturan sebelumnya, membawa dampak positif dengan makin membaiknya harga komoditas logam timah dunia pada kuartal I 2016 yang sudah mencapai US$ 17.625 per metrik ton. Padahal pada 2015, harga timah sempat anjlok hingga US$ 13.000 per MT.
“Walaupun harga terus memperlihatkan potensi kenaikan, Perseroan tetap membatasi produksi bijih pada 2016 sebesar 30.000 ton Sn,” ungkapnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Timah di Jakarta, Kamis (7/4).
Purwijayanto mengatakan saat ini cadangan timah, khususnya di darat terus menipis. Untuk produksi logam 2016, Timah mematok sebesar 31.200 metrik ton dan penjualan logam ditargetkan 31.000 metrik ton.
Sementara itu, melalui anak usahanya, PT Timah Industri, perseroan terus melakukan percepatan industri seiring misinya untuk menghilirkan 100% produk hilirisasi. Pabrik tin solder telah beroperasi sejak September 2015 dengan kapasitas 2.000 ton dan saat ini sudah melakukan penjualan sebesar 7, 2 ton.
Purwijayanto mengatakan dua pabrik lainnya yaitu Stannic Chloride dan Methyl Tin Intermediate sudah menyelesaikan tahap commisioning. “Pabrik Stannic Chloride berkapasitas 500 ton pada awal 2016 sudah berproduksi 7, 7 ton dan tin intermediate berkapasitas 8.000 ton dan telah berproduksi 134, 2 ton,” katanya.
Purwijayanto menjelaskan target penjualan tin solder adalah sebesar 2.200 ton sedangkan untuk tin chemical target produksi dan penjualan pada 2016 yaitu produksi TGA & RE Stabilizer 6.000 ton, penjualan TGA & RE Stabilizer 5.000 ton, produksi Intermediate 7.800 ton, penjualan Intermediate 3.600 ton, produksi Stannic Chloride ( SnCl4 ) 750 ton, dan penjualan Stannic Chloride ( SnCl4 ) 300 ton.
“Perseroan berencana pada 2019 produk hilir timah mendominasi dalam penjualan dan produk timah batangan hanya sebagian yang di ekspor ke luar negeri. Selain itu, perseroan akan berencana menambah jenis produk hilir yaitu stanous sulfates untuk elektrolit pada tin plating dan zinc stannate untuk industri kimia,” kata Purwijayanto. (RA)
Komentar Terbaru