JAKARTA – Seiring dengan permintaan yang kembali meningkat dan persediaan di pasar dunia yang terbatas, telah memulihkan harga batubara termal asal Indonesia. Sampai kuartal terakhir tahun lalu, harga ‘emas hitam’ jenis ini diantaranya untuk kategori 5000 GAR berada di angka USD 58 per ton.
Seperti diungkapkan Cameron Tough, Head of IR & Corporate Secretary PT Adaro Energy Tbk, setelah terus mengalami penurunan sejak Kuartal I-2013, harga batubara internasional akhirnya berbalik arah pada Kuartal IV-2013.
Harga batubara Atlantik (API2) dan harga batubara Pasifik (Global Coal Newcastle) masing-masing naik 11% dan 8% pada periode itu. Batubara Australia yang berkandungan abu tinggi mengalami kenaikan dengan tingkat sedang sebesar 2%. Sementara harga batubara Indonesia kategori 5000 GAR telah pulih, menyentuh titik USD 58 per ton pada akhir 2013.
Ia menerangkan, naiknya harga domestik Cina merupakan faktor penting di pasar batubara Pasifik pada Kuartal IV-2013. Harga batubara kategori 5500 NAR, 5000 NAR, dan 4500 NAR masing-masing naik 5%, 12%, dan 13%.
“Selain dari permintaan yang tinggi akibat persediaan untuk musim dingin, harga domestik Cina didorong oleh penetapan harga berkala antara produsen batubara Cina dan perusahaan listrik utama. Hal ini memperkuat jendela arbitrase bagi batubara impor, terutama untuk batubara sub-bituminus Indonesia, dan batubara Australia yang berkandungan abu tinggi. Permintaan dari Cina tetap tinggi sampai akhir Kuartal IV-2013,” jelasnya di Jakarta pekan lalu.
Di sisi lain, kata Cameron, pada Kuartal IV-2013 pasar batubara peringkat rendah lebih lemah dibandingkan jenis batubara lainnya. Harga untuk produk ini (ICI4) tetap stabil di USD 39 per ton pada Kuartal IV-2013 atau turun 6%.
Menurutnya, ekonomi India yang melemah telah menurunkan minat terhadap batubara jenis ini, akibat kenaikan harga di lokasi (landed price). Namun, pasar untuk batubara peringkat rendah diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat, karena permintaan dari pembeli asal India diperkirakan akan meningkat akibat ketergantungan mereka terhadap bahan bakar batubara untuk memproduksi listrik.
Adaro Energy sendiri sebagai salah satu produsen terbesar batubara termal asal Indonesia, melalui anak usahanya yakni PT Adaro Indonesia, pada 2013 berhasil membukukan penjualan sebesar 53,47 juta ton sepanjang 2013, naik 10% dibandingkan tahun sebelumnya.
Cameron menerangkan, pada Kuartal IV-2013 permintaan yang tinggi dari Cina menyumbangkan 18% dari total volume penjualan Adaro Indonesia, dari seluruh produk Adaro. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga domestic, serta langkah Adaro untuk memperkenalkan jenis batubara 4900 GAR (atau 4600 NAR di Cina).
Produk baru ini merupakan batubara dengan kualitas yang lebih baik daripada yang diharapkan, yang dihasilkan dari wilayah pengembangan baru di tambang Tutupan Utara, Kalimantan Selatan, dan telah disambut baik di Cina, Spanyol, Hong Kong, India, dan Indonesia pada kuartal terakhir tahun lalu.
Adaro Indonesia juga menjual 1,77 juta ton batubara E4700 pada Kuartal IV-2013. Namun karena kesuksesan penjualan E4900, Adaro akan terus memasarkan jenis produk Envirocoal kalori sedang yang bernilai kalori yang lebih tinggi ini, dan akan mulai menghentikan penjualan E4700 pada 2014.
(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)
Komentar Terbaru