JAKARTA- PT Timah Tbk (TINS), anak usaha MIND ID, holding industri pertambangan Indonesia, memberikan gaji bulanan yang menggiurkan bagi jajaran direksi dan komisaris perusahaan yang mengeksplorasi dan eksploitasi tambang timah tersebut. Remunerasi yang diterima direksi dan komisaris Timah terdiri atas gaji bulanan, tunjangan bulanan, tunjangan hari raya, dan tantiem.
Mengutip Laporan Keuangan Timah 2019 (publikasi), Direktur Utama Timah pada periode tahun buku 2019, yaitu Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, memperoleh gaji bulanan sebesar Rp321,43 juta per bulan. Sementara Direktur Sumber Daya Manusia Muhammad Rizki sebesar Rp289,28 juta dan direktur lainnya Rp273,2 juta. Di luar gaji, jajaran direktur Timah mendapatkan tunjangan. Khusus untuk dirut sebesar Rp60,87 juta sedangkan direktur lainnya Rp55,69juta per bulan.
Remunerasi lain direksi Timah adalah tunjangan hari raya sebesar satu kali gaji berikut tantiem yang jumlahnya mencapai di atas Rp 2,5 miliar per orang. Tantiem dirut mencapai Rp 3,09 miliar. Sedangkan direktur lainnya Rp 2,63 miliar. Total jenderal dalam setahun dirut Timah menerima Rp 8 miliar, direktur SDM Rp 7,056 miliar dan direktur lainnya Rp 6,85 miliar.
Dari sisi remunerasi, Komisaris Timah juga tak kalah mewahnya . Pada tahun buku 2019, Komut Timah dijabat Fachry Ali. (Dalam RUPS Februari 2020, budayawan dan sejarawan asal Aceh itu digantikan M Alfan Baharuddin, red). Selain gaji pokok per bulan sebesar Rp144,6 juta untuk komut dan Rp130,18 juta untuk komisaris per bulan, mereka mendapatkan tunjangan sebesar Rp 43,65 juta untuk komut dan Rp36,7 juta bagi komisaris.
Di luar itu, jajaran komisaris Timah juga mendapatkan THR sebesar sebulan gaji dan tantiem yang besarnya di atas Rp1 miliar. Komut mendapatkan tantiem sebesar Rp1,39 miliar dan anggota komisaris sebesar Rp1,25 miliar. Total jenderal penerimaan komisaris utama sebesar Rp3,79 miliar. Adapun penerimaan bagi komisaris lainya bervariasi. Bagi komisaris yang menjabat komisaris pada satu periode berjalan minimal mendapatkan Rp3,02 miliar dan rata-rata Rp2,38 miliar. Bagi komisaris yang menjabat di tengah atau mendekati akhir periode tahun buku, besar penerimaan total setahun bisa dipastikan lebih rendah dari komisaris lainnya.
Total jenderal, pada tahun buku 2019, Timah mengeluarkan biaya untuk remunerasi direksi sebesar Rp37,88 miliar. Sedangkan pengeluaran untuk dewan komisaris Rp17,3 miliar.
Klausul besaran penghasilan direksi dan komisaris Timah ada dalam Laporan Tahunan (Publikasi) 2019. Soal gaji atau honorarium direksi, presiden direktur memperoleh 100% gaji dan direktur lainnya 85%. Sedangkan komut 45% dari gaji dirut dan anggota komisaris 90% dari gaji komut. Direksi dan Komisaris Timah juga mendapatkan asuransi purna jabatan dengan premi sebesar 25% gaji per tahun.
Mereka juga mendapatkan fasilitas kesehatan berupa asuransi kesehatan atau pengganti biaya pengobatan. Pun ada pemberian fasilitas bantuan hukum berupa Director’s and Officer’s Liability. Pajak ditanggung perusahaan. Sedangkan tantiem direksi adalah 100%, direktur SDM 90% dari dirut dan anggota direksi lainnya 85% dari dirut. Sedangkan komisaris 45% dari dirut dan anggota komisaris 90% dari komut.
Rugi di 2019
Penghargaan yang diberikan Timah kepada direksi dan komisaris memang menggiurkan kendati kinerja perusahaan pada 2019 sangat tidak moncer. Hal itu ditunjukkan dari publikasi laporan keuangan perusahaan pada 2019 rugi bersih Rp611,28 miliar kendati pendapatan naik sebesar 75,2% menjadi Rp19,3 triliun secara tahunan. Kenaikan pendapatan diikuti kenaikan beban pokok penjualan sebesar 82,7 persen menjadi Rp18,16 triliun. Walhasil, laba bruto perseroan hanya tumbuh 5,77% menjadi Rp1,13 triliun sepanjang 2019.
Pengurangan produksi juga tidak dapat menekan beberapa pos beban, seperti beban umum dan administrasi yang membengkak menjadi Rp1,05 triliun. Pun beban keuangan naik menjadi Rp781 miliar. Adapun bagian atas entitas asosiasi berbalik rugi Rp8,99 miliar. Dengan demikian, perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 sebesar Rp611,28 miliar.
Perolehan tersebut sangat berbanding terbalik dengan kinerja 2018 yang berhasil mencatatkan laba bersih Rp 132,29 miliar. Di sisi lain, liabilitas perseroan meningkat cukup tajam yaitu 66,46% menjadi sebesar Rp15,1 triliun dibandingkan dengan total liabilitas 2018 sebesar Rp9,07 triliun. (DR)
Komentar Terbaru