Mandailing Natal – Pada Selasa, 22 April 2025, beredar video melalui media sosial mengenai semburan air panas (manifestasi) yang muncul di Desa Roburan Dolok, Kabupaten Mandailing Natal. Menanggapi laporan tersebut, pada Rabu 23 April 2025, PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal melakukan tinjauan lapangan langsung ke lokasi manifestasi
yang ditampilkan dalam video tersebut.
“Hasilnya menunjukkan bahwa titik manifestasi tersebut berada di Lokasi lain di Desa Roburan Dolok dan tidak berada di area sumur Pad-E PT SMGP.
Sementara manifestasi yang berada di sekitar area Pad-E merupakan fenomena alamiah yang telah terpantau sejak tahun 2021,” kata Agung Iswara, Corporate Communication Manager PT SMGP, dalam keterangan tertulis Senin(28/5/2025).
PT SMGP menegaskan bahwa manifestasi ini tidak memiliki hubungan langsung dengan sumur-sumur pada Wellpad E. Sumur-sumur tersebut telah dibor sejak tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah berhasil mengalirkan uap ataupun fluida panas bumi dengan tekanan kepala sumur 0 Barg atau tidak bertekanan dan saat ini tidak ada aktivitas produksi, sehingga sumursumur tersebut tidak berkaitan dengan fenomena manifestasi yang dilaporkan.
Agung menekankan manifestasi seperti ini merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di wilayah dengan potensi panas bumi, sebagai hasil interaksi antara air tanah dan batuan panas di bawah permukaan. Berbagai manifestasi serupa bahkan telah dikenal masyarakat sekitar sejak lama, jauh sebelum adanya kegiatan eksplorasi oleh PT SMGP.
Lokasi Pad E diketahui sebagai area yang
memiliki kecenderungan untuk mengalami pergerakan tanah yang tinggi dan memiliki banyak retakan-retakan. Fenomena pergerakan tanah (soil creep) atau longsor (landslide) dapat terjadi kapan saja (fault stress release, curah hujan, dll).
“Fenomena ini dapat memunculkan manifestasi yang baru ke permukaan. Sebagai Objek Vital Nasional, PT SMGP berkomitmen terhadap keselamatan dan keberlanjutan dalam setiap aspek operasional kami dengan menjalankan seluruh kegiatan operasional sesuai standar keselamatan dan regulasi yang berlaku,” jelas Agung.
Sebelumnya, JATAM menyebut rentetan kejadian berulang tanpa evaluasi menunjukkan bahwa proyek geothermal justru menjadi petaka bagi warga dan lingkungan. “Kejadian di di Mandailing Natal bukan yang pertama, dan bukan satu-satunya, tetapi juga tengah terjadi di seluruh wilayah operasi panas bumi di Indonesia, dari Dieng di Jawa Tengah, Lahendong di Tomohon, hingga Ulumbu, Mataloko, dan Sokoria di Pulau Flores,”kata Imam Shofwan, Kepala Divisi Simpul & Jaringan JATAM.
Komentar Terbaru