JAKARTA – PT Thorcon Power Indonesia menargetkan evaluasi tapak untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) TMSR500 yang berlokasi di Pulau Kelasa, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, dapat dirampungkan dalam setahun. Persetujuan evaluasi tapak untuk PLTN TMSR500 yang berlokasi di Pulau Kelasa, diajukan Thorcon Power Indonesia dengan Nomor Registrasi 1200001.25 Tertanggal 21 Januari 2025 melalui Sistem Perizinan Bapeten (BALIS – Bapeten Licensing dan Inspection System Online).
“Diharapkan 1 tahun evaluasi tapak, apakah layak atau tidak. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan pengajuan izin Amdal,” kata Kun Chen, Chief Nuclear Officer Thorcon, dalam acara Penyerahan Secara Simbolik Dokumen Persetujuan Evaluasi Tapak PLTN Pulau Kelasa, Kamis(13/2/2025).
Dalam kesempatan yang sama Haendra Subekti, Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir Bapeten menyampaikan TMSR500 merupakan reaktor nuklir generasi lanjut berkapasitas 500 MWe, yang menggunakan garam cair sebagai bahan bakar dan media pendingin. Persetujuan Evaluasi Tapak dari Bapeten dipersyaratkan sebelum pemohon metlakukan kegiatan evaluasi tapak di lokasi tertentu
“Tugas kami mengawasi pembangunan PLTN sesuai target dan memenuhi aspek keselamatan, keamanan. Konsultasi 3S sudah berjalan 3 tahun dan hasilnya dalam bentuk permohonan persetujuan evaluasi tapak. Tantangan evaluasi tapak kali ini adalah lokasi di darat dan laut, kemudian kapasitasnya 500 Megawatt (MW). Setelah ini Bapeten akan evaluasi proposal dokumen yang diajukan. Setelah dievaluasi selanjutnya Thorcon bisa melakukan pelaksanaan tapak. Evaluasi enam bulan,” ujar Haendra.
Haendra menjelaskan tapak calon PLTN (reaktor nuklir) merupakan faktor penting yang mempengaruhi keselamatan pembangkit listrik tenaga nuklir (reaktor nuklir). Evaluasi tapak bertujuan untuk memastikan kelayakan lokasi (tapak) dalam menghadapi potensi dampak bahaya eksternal bagi pembangkit listrik tenaga nuklir (reaktor nuklir), yang ditinjau berdasarkan enam aspek yaitu aspek kegempaan, aspek kegunungapian, aspek hidrologi dan aspek meteorologi, aspek kejadian akibat ulah manusia, dan aspek dispersi.
Perizinan pembangunan reaktor nuklir di Indonesia diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, Peraturan Bapeten Nomor 3 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Standar Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Ketenaganukliran, Peraturan BAPETEN Nomor 1 Tahun 2022 tentang Penatalaksanaan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Ketenaganukliran.
“Bapeten akan lakukan proses secara transparan. Diharapkan 2032 tercapai (beroperasi),” kata Haendra.
Diketahui, PLTN berteknologi molten salt reactor berkapasitas 2×250 Megawatt (MW) ini diklaim akan menetapkan harga jual listrik kurang dari US$6.9 sen per kWh . Thorcon Power juga berencana menambah 7 unit PLTN atau setara 3500 MW (Nth-of-a-Kind/NOAK) dengan target harga jual kurang dari US$6.5sen per kWh dan COD (Commercial Operation Date) sebelum tahun 2035.
ThorCon Power bersama Bapeten sudah melakukan konsultasi secara intensif dalam rangka persiapan perizinan melalui review 3S (Safety, Security and Safeguard) dan melakukan review kesiapan desain Thorcn untuk memberikan informasi kepada Pemerintah.
Thorcon Power resmi menyerahkan proposal persiapan implementasi TMSR500 sebagai calon PLTN pertama di Indonesia kepada Dewan Energi Nasional (DEN).Proposal ini disusun dengan kolaborasi yang intensif antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk Badan Besar Strategi dan Kebijakan Energi (BBSP), Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi(EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Engineering Research and Innovation Center Fakultas Teknik UGM, PT PLN Enjiniring, dan Universitas Bangka Belitung (UBB) .
Sebagai perusahaan yang paling siap dalam menghadirkan PLTN pertama di Indonesia, PT Thorcon Power Indonesia berkomitmen untuk membangun PLTN pertama dengan kapasitas 2×250 MW (First-of-a Kind/FOAK) tanpa menggunakan dana APBN.
PLTN Thorcon Power disebut menelan investasi sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp 17 triliun.
Thorcon Power Indonesia akan mengembangkan PLTN yang dibangun dengan menggunakan model desain struktur Kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax ini rencananya akan di bangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan, yang merupakan galangan kapal nomor 2 terbesar di Dunia. PLTN pertama di targetkan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10%.
Thorcon Power juga berencana membangun pabrik bahan bakar nuklir di Indonesia, yang akan menjadi supply chain dari industri nuklir.
Saat ini Thorcon telah mengoperasikan laboratorium bahan bakar molten fuel salt di Institut Teknologi Bandung (ITB), untuk penelitian dan pengembangan teknologi nuklir thorium molten salt reactor. Thorcon Power dan ITB sepakat untuk melakukan penelitian dan pengembangan teknologi Molten Salt Reactor; mendukung penelitian, pengembangan dan inovasi untuk pembuatan dan uji bahan bakar Molten Salt Reactor; mendukung dalam partisipasi desain Thorium Molten Salt Reactor (TMSR); mendukung pengembangan peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia Indonesia dalam penguasaan teknologi TMSR; serta kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam mendukung program Thorcon ke depannya.
[…] Sumber: Dunia Energi […]