JAKARTA – PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero) siap melakukan subtitusi sumber energi dan bekerja sama dengan kelompok masyarakat yang mau memajukan energi alternatif pengganti energi fosil. Ahsin Sidqi, Direktur Utama Indonesia Power, mengatakan ada dua syarat utama energi alternatif, jika mau berkontribusi dan masuk dalam sistem kelistrikan PLN. Pertama, sumber energi tersebut harus ekonomis dari sisi harga.
“Sekarang kan yang murah batu bara, jadi tidak bisa lebih mahal, harus dibawah harga batu bara,” kata Ahsin disela kunjungan ke Tempat Olahan Sampah Setempat (TOSS), Sungai Ciliwung, Jakarta, Selasa (1/9).
Syarat kedua, sumber energi tersebut disyaratkan menghasilkan emisi yang rendah. Itu juga yang menjadi syarat utama dari pemerintah. “Emisi harus rendah, yang ditakuti itu karbon yang dilepas,” tukas dia.
Pemanfaatan sampah atau limbah menjadi pellet yang kemudian bisa dikonversi menjadi energi bahkan pembangkit kata Ahsin jadi salah satu prioritas PLN saat ini. Manajemen PLN sudah mendorong anak usahanya untuk memberikan ruang kepada berbagai program pemanfaatan limbah yang diolah menjadi energi. Apalagi untuk menjadi listrik.
“Dirut, wadirut dan direksi selalu minta ke saya dan perusahaan pelaksana pembangkit agar segera merealisasikan TOSS, BOSS (Biomass Operating System Of Saguling) di Bandung dan JOSS (Jeranjang Olah Sampah Setempat) di Lombok atau apapun itu yang penting waste to energy bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik,” ungkap Ahsin.
Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) di Jakarta menjadi salah satu wilayah untuk mendorong program TOSS menjadi listrik. Program ini sesuai dengan apa yang sedang didorong oleh Indonesia Power.
Menurut Ahsin, setiap pembangkit listrik, terutama PLTU memiliki peluang untuk dilakukan diversifikasi bahan baku energi. Minimal 5% dari penggunaan batu bara diganti oleh pellet atau bricket misalnya sudah cukup baik. “PLN sendiri sudah petakan pembangkit mana saja,” katanya.
Program TOSS merupakan bentuk dukungan untuk membantu target pemerintah dalam pengurangan sampah rumah tangga serta penanganan sampah sungai. Harapan dari program ini adalah pengurangan sampah rumah tangga yang dicanangkan pemerintah berkurang sebesar 30% dan untuk pemanfaatan serta penanganan sampah dapat meningkat sebanyak 70% pada 2025.
“Kami, PLN dan Indonesia Power tentu sangat welcome dengan program ini, serta yang terpenting adalah komitmen kami dalam penggunaan renewable energy dan pengembangan komunitas, maka kami yakin jika Indonesia Power akan menjadi leader dalam bidang renewable energy,” kata Ahsin.
Indonesia Power telah melakukan uji coba kedua setelah sebelumnya pernah juga dilakukan pada Desember 2019 di PLTU Jeranjang. Indonesia Power launching co-firing di PLTU Banten 3 Lontar dan akan dilanjutkan di lima PLTU lainnya secara berturut yaitu, PLTU Suralaya, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Adipala, PLTU Suralaya 8, dan PLTU Labuan.
Co-firing adalah metode substitusi sebagian batubara dengan bahan bakar yang berasal dari renewable energy pada rasio tertentu dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai kebutuhan. Adapun bahan bakar substitusi yang digunakan adalah pellet SRF (Solid Recovered Fuel) atau RDF (Refused Derived Fuel). Kedua jenis pellet tersebut dihasilkan dari pengolahan limbah domestik maupun limbah komersial yang keduanya bisa digunakan untuk co-firing pada PLTU tipe stoker, Circulating Fluidizing Bed (CFB), maupun pulverized coal (PC) boiler. Selain itu, pellet dapat pula digunakan untuk gasifier.(RI)
Komentar Terbaru