JAKARTA – Performa bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE, IDX: PGEO) diproyeksikan menunjukkan kinerja positif, terutama sebagai emiten dan pemain utama dalam sektor energi baru dan terbarukan. Riset OCBC Sekuritas Indonesia menyebutkan bisnis PGEO memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu emiten terdepan di sektor energi hijau.

Dengan rencana ekspansi yang agresif, disertai dengan dukungan pemerintah Indonesia dalam memajukan energi baru dan terbarukan, bisnis PGEO diprediksi akan terus tumbuh stabil di masa depan. PGEO saat ini memiliki kapasitas terpasang hingga 672 MW dan berencana untuk mencapai 1 GW dalam dua tahun ke depan. Lebih lanjut, PGEO berencana untuk meningkatkan kapasitas pertumbuhan melalui pasar global dan pendekatan merger and acquisition (M&A).

“Dengan ekspansi yang agresif ini, PGEO dapat mengkapitalisasi peningkatan permintaan terhadap energi terbarukan dan mengalami peningkatan pendapatan ke depannya,” kata Analis Ekuitas OCBC Sekuritas Kevin Jonathan Panjaitan dalam Equity Research, baru-baru ini.

OCBC Sekuritas juga menyoroti posisi PGEO sebagai bagian dari Pertamina Group yang membuat emiten tersebut tidak akan mengalami kesulitan mendapatkan low-cost funding, terutama dengan fokus Pertamina mengembangkan energi terbarukan. Salah satunya adalah penerbitan green bond Pertamina yang terdaftar di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) yang mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 8,25 kali.

PGEO juga diprediksi akan terus mencetak pertumbuhan pendapatan yang stabil yang berimbas pada dividen yang lebih stabil ke depannya. Hal ini didukung oleh kontrak jangka panjang dengan skema take-or-pay dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Selain itu, tarif penjualan uap akan meningkat secara stabil di 2.0%, dan tarif penjualan listrik akan meningkat berdasarkan United States Consumer Price Index (US CPI).

Terkait kinerja finansial, OCBC Sekuritas memproyeksi bahwa PGEO akan mempertahankan neraca keuangan (balance sheet) yang stabil, dengan interest debt-to-equity ratio pada 2024F, 2025F, dan 2026F masing-masing di 0,37x, 0,35x, dan 0,41x. “Dengan potensi pertumbuhan yang baik dari rencana penambahan kapasitas ke depan dan didukung oleh pendapatan yang stabil, kami merekomendasikan beli (buy) untuk PGEO, dengan harga sasaran di Rp 1.400 per saham berdasarkan pendekatan discounted cash flow,” ungkap Kevin.

Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio menyatakan optimistis terhadap kinerja keuangan perusahaan yang semakin positif di masa depan. PGEO, kata dia, terus berambisi menjadi geothermal center of excellence dengan berbagai strategi pengembangan bisnis yang dijalankan secara agresif.  “Namun kami tetap prudent untuk bisa terus tumbuh berkelanjutan dalam jangka panjang, seperti optimalisasi sumber daya domestik melalui proyek co-generation, ekspansi ke luar negeri, dan mengeksplorasi berbagai sumber pendapatan baru (new revenue stream),” kata Yurizki.(RA)