JAKARTA – Potensi energi dari arus laut diyakini cukup besar, terutama di kawasan Indonesia bagian timur. Namun tantangan dalam pengembangan listrik dari arus laut adalah soal efisiensi pembangkitan yang masih rendah.
“Khususnya jika berhadapan dengan arus tidak pasang surut yang relatif rendah,” ujar Surya Darma, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) kepada Dunia Energi, Rabu (17/1).
Menurut Surya Darma, di kawasan Indonesia bagian timur, arus pasang surutnya juga cukup potensial untuk pembangkitan listrik. Oleh karenanya sangat diperlukan kegiatan research and development (R&D) yang terus menerus untuk mendapatkan kemampuan teknologi yang lebih efisien.
Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebelumnya telah mengembangkan prototype pembangkit listrik tenaga gelombang laut karya yang diberi nama Indonesia Tidal Power (INTIP).
Tim tersebut berhasil mengembangkan inovasi pembangkit listrik sistem kombinasi tenaga gelombang laut tipe Oscilating Water Column dan angin yang memanfaatkan sistem katup. Oscilating Water Column merupakan salah satu teknologi pembangkit energi listrik tenaga arus laut yang paling banyak diminati. Sayangnya, Oscilating Water Column ini dinilai memiliki tingkat efisiensi yang masih rendah karena suplai udara ke generator tidak terus menerus.
Melihat kekurangan tersebut, sistem katup INTIP membuat sistem searah, sehingga terdapat celah udara bertekanan yang mengalir dengan bebas. Udara bertekanan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menggerakan pembangkit listrik tenaga angin. Dari hasil pengujian, nilai tegangan yang dihasilkan INTIP mengalami peningkatan sebesar 24% dibandingkan dengan teknologi konvensional.
Indonesia diketahui tengah menjajaki pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut di Selat Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Harga terakhir yang ditawarkan oleh pengembang sebesar US$ 7,19 sen per kWh.
Surya mengatakan, konsekuensi dari rendahnya efisiensi adalah menyebabkan biaya pembangkitan yang lebih tinggi.
“Namun demikian, adanya pengembang yang menawarkan harga yang sangat kompetitif tersebut perlu dicermati dengan seksama agar bisa diimplementasikan ke seluruh wilayah dengan kondisi tanpa syarat,” kata Surya.(RA)
Pak Surya, menurut beberapa studi, turbin arus laut yang diberi saluran pelindung dapat memiliki efisiensi sampai 90% – sama dengan efisiensi turbin PLTA konvensional. Yang masih rendah itu bukan efisiensi turbin tetapi energi kinetik arus laut itu sendiri yang memang sangat rendah – bukti kasih sayang Allah SWT, tidak memberi tsunami/banjir bandang setiap waktu. Jadi, perairan laut dapat menjadi andalan sumber Indonesia asalkan energi kinetik arus laut nya ditingkatkan lebih dahulu. Prinsip Bernoulli dan prinsip kekekalan massa dapat digunakan untuk meningkatkan energi kinetik arus laut tersebut. Hasil peningkatan energi kinetik kemudian digunakan untuk memutar turbin dan generator sehingga dapat dihasilkan energi listrik rendah biaya (cost effective).