JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina terus menunjukkan komitmennya mendukung pemerintah dalam program nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih awal. Hal ini diungkapkan Corporate Secretary PHE Arya Dwi Paramita dalam DETalk bertajuk “Peran Perusahaan Ekstraktif dalam Memelihara Keseimbangan Lingkungan”, yang diselenggarakan Dunia Energi, Selasa (11/6/2024).

Selain Arya, hadir sebagai pembicara dalam DETalk yakni Green Mining Manager Harita Nickel Retno Dewi Handayani dan Direktur Eksekutif Center for Energy Securities Studies (CESS) Ali Ahmudi Achyak.

Dalam kesempatan tersebut, Arya memaparkan upaya dekarbonisasi PHE dan potensi bisnis baru CCS/CCUS.

Arya menjelaskan, Pertamina melalui pilar Pertamina NZE dengan goal NZE pada tahun 2060 juga memiliki inisiatif strategis melalui dekarbonisasi bisnis yaitu efisiensi energi, pembangkit listrik ramah lingkungan, pengurangan kerugian (zero flaring rutin), bahan bakar rendah karbon dan lain sebagainya serta pembangunan bisnis baru melalui CCS/CCUS yang terintegrasi.

Inisiatif dekarbonisasi telah dilakukan PHE pada 26 September 2023 dimana IDX meluncurkan IDX Carbon yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Dan PHE juga mencatatkan transaksi perdana dalam perdagangan karbon kredit dimana PHE sebagai pelaku industri hulu migas pertama yang menjadi bagian dalam Bursa Karbon.

PHE juga memiliki inisiatif dekarbonisasi lainnya antara lain efisiensi energi yang hingga saat ini berkontribusi sebesar 51% dari program dekarbonisasi PHE, flare gas reduction/ utilization yang berkontribusi sebesar 26% dari program dekarbonisasi PHE, penggunaan biodiesel B30/ B35 pada armada kapal yang berkontribusi sebesar 10% dan instalasi solar panel sebagai bagian dari inisiatif low carbon power yang berkontribusi sebesar 2%.

“Dekarbonisasi bisnis ini adalah menjalankan efisiensi energi, loss reduction dan lain sebagainya. Dan juga adanya akselerasi green bisnis ini menjadi salah satu upaya mewujudkan dekarbonisasi di bisnis energi yang saat ini sedang dilaksanakan,” ujar Arya.

Arya menyebutkan bentuk konkret Decarbonization Strategiesnya, mulai dari bagaimana melakukan efisiensi pemanfaatan energi secara baik serta penerapan program gas recovery & asset integrity, low carbon power, low carbon heat, CCUS & CCS dan juga offseting. Jika dibagi presentasenya, kata dia, komposisinya didominasi oleh efisiensi energi yang dilakukan, bagaimana bisa menekan penggunaan energi di kegiatan operasi dengan beberapa cara.

Selain itu, ada flaring, yakni bagian dari kegiatan operasi karena yang prosesnya secara teknikal menjadi bagian yang tak terpisahkan. Namun demikian, PHE juga terus melakukan upaya menekan flare gas.

“Selanjutnya adalah low carbon heat dan low carbon power yang salah satunya dimanfaatkan di wilayah kerja Rokan bekerja sama dengan Pertamina Group melalui PPI (Pertamina Power Indonesia) dalam pemanfaatan solar panel untuk kebutuhan listrik di sana,” ungkap Arya.

Medium Risk

Lebih lanjut Arya menambahkan pada 31 Desember 2023 terdapat capaian yang positif, karena apabila karakter bisnis yang sangat tinggi resiko dan berkaitan langsung dengan carbon untuk industri hulu migas, PHE berada di medium risk dalam kelompok yang rendah.

PHE, kata dia, sudah di angka 21,5 dan ini tidak mudah dicapai oleh perusahaan yang bergerak di sektor hulu migas. Dan ini tentunya tidak lepas dari dukungan media, stakeholder di kementerian dan lembaga, juga perusahaan-perusahaan partner PHE.

“Ini adalah collaborative action, jadi bagaimana teman-teman media sering memberitakan kontribusi positif di bidang lingkungan dan menjadi nilai tambah bagi pencatatan peringkat. Dan kita bisa mendapatkan 12 PROPER Emas dengan diikuti PROPER Hijau dan PROPER Biru,” tambah Arya.

Menurut Arya, pada 2023 lalu PHE dan PPI telah melaksanakan kesepakatan bersama untuk carbon credit transaction. Pada prinsipnya, kata dia, saat menyoroti isu karbon, maka harus juga diikuti juga dengan solusi untuk menanganinya. Di sektor hulu migas solusi itu terbuka lebar, salah satunya melalui CCS. “Tapi memang ini masih dalam tahap studi di Jatibarang, wilayah Jawa Barat yang bekerja sama dengan perusahaan kelas dunia,” kata Arya.(RA)