JAKARTA – PT Adaro Power terus menunjukan komitmennya mendukung Net Zero Emission (NZE) demi mewujudkan ketahanan energi nasional.
CEO Adaro Power Dharma Djojonegoro menyebutkan empat tantangan ketahanan energi nasional yakni availability, accessibility, affordability dan acceptability. Saat ini, kata Dharma, Adaro sedang membangun Green Indutrial Park yang terbesar di dunia yang berlokasi di Kalimantan Utara (Kaltara). “Kenapa di Kaltara? karena sumber energi bersihnya ada di situ. Kani sudah punya batu bara dan sedang mengembangkan mineral dan green. Untuk mineral, kami sedang membangun aluminium smelter. Kenapa dua hal ini penting? karena mineral ini mempunyai peran yang sangat penting dalam transformasi dunia dalam menuju energi hijau. Contoh mobil listrik itu memakai lebih banyak aluminium daripada mobil biasa,” kata Dharma dalam webinar DETalk bertema Penguatan Manajemen Risiko Perusahaan untuk Efektivitas Tata Kelola Ketahanan Energi, Selasa(20/8/2024).
Dharma menyampaikan bahwa Adaro Power merupakan anak Perusahaan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang merupakan suatu grup energi, yang saat ini sudah menjalani proses transformasi. Dari Produksi tambang tahun 2023, Adaro mencatatkan penjualan mencapai US$6,5 miliar termasuk royalti. Dividen Adaro sebesar US$1,7 miliar di tahun 2022. Dharma menyebutkan anggaran Perusahaan sebesar US$3,3 miliar dialokasikan untuk transformasi.
Grup Adaro terutama menjalankan operasi penambangan batu bara di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, dengan sumber daya batu bara sebesar 4 miliar ton dan cadangan batu bara sebesar 1 miliar ton. Grup ini memiliki 30 anak perusahaan, di antaranya Adaro Mineral, Makmur Sejahtera Wisesa, IndoMet Coal, Kalteng Coal, dan Adaro Power.
Dharma mengatakan transformasi yang dilakukan Adaro antara lain pembangunan Green Industrial Park untuk smelter aluminium. Hal ini merupakan upaya Adaro menjadi bagian dalam revolusi ekonomi hijau. “Aluminium ini mineral sangat penting, sehingga kami punya rencana. Kami sebenarnya ingin membangun dalam 2 atau 3 tahap, menjadi 1 juta atau 1,5 juta produksi. Tapi saat ini kita mulai dari 500.000. Dan ujungnya aspirasi kita adalah aluminium ini adalah di sumber energi hijau,” ujar Dharma.
Dharma mengungkapkan saat ini Adaro Power tengah mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 1,3 Gigawatt (GW) di Kaltara. Pembangkit listrik tersebut diperkirakan mampu menghasilkan daya kurang lebih 9 terrawat-hours setiap tahunnya. Pembangkit listrik ini bertujuan untuk menyediakan energi yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan untuk mendukung Kawasan Industri Kaltara. Proyek ini akan memanfaatkan bendungan Concrete Face Rockfill Dam (CFRD) dengan tinggi puncak bendungan 235 meter dan panjang puncak 815 meter, menjadikannya salah satu bendungan tertinggi di dunia.
“Kami sedang membangun tahap pertama, 1,3 GW. Kalau hydro itu kelebihannya availability nya sangat tinggi. Kelemahannya jauh jaraknya. Tapi secara progress sudah berjalan, sudah mulai konstruksi, dalam 7 atau 8 tahun akan jadi,” ungkapnya.
Proyek lainnya yang digarap Adaro adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan baterai. Sudah mendapat dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo untuk membangun proyek ini dengan tujuan hilirisasi dapat berjalan. “Pemerintah ingin menggunakan proyek ini untuk mengkatalisasi pembangunan industri solar PV di Indonesia. Harapannya dengan berjalannya proyek ini maka industri manufaktur solar PV bisa bangkit di Indonesia,” kata Dharma.
Terkait manajemen risiko, kata Dharma, dilakukan identifikasi satu per satu. Setiap bulan ada Risk Management Report yang harus di approve Board of Directors (BOD) masing-masing anak Perusahaan. “Di situ pun kami sudah menilai dari sisi konsekuen, levelnya apa, terus kita juga melihat dari segi probabilitas. Jadi prinsipnya Adaro dari ketahanan energi, kami melihat bahwa memang ada komitmen pemerintah menuju net zero, dan dari sisi Adaro juga ada rencana net zero. Kami juga sedang merancang rencana net zero secara detailnya dengan konsultan internasional,” ujar Dharma.(RA)
Komentar Terbaru