JAKARTA – Komisi VI DPR akan memanggil Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) untuk membahas persoalan di PT Pertamina, khususnya nomenklatur baru yang ditetapkan pemerintah melalui Kementerian BUMN.
Inas Nasrullah, Wakil Ketua Komisi VI DPR, mengaku sudah mendengar konflik antara Pertamina dan pemerintah. Untuk itu akan digelar pertemuan untuk membahas duduk persoalan sebenarnya, sehingga posisi Pertamina bisa seperti sekarang.
“Rencana Rabu (21/2) akan ketemuan dengan serikat pekerja Pertamina bahas perubahan nomenklatur Pertamina,” kata Inas kepada Dunia Energi, Selasa (20/2).
FSPPB sudah membentuk tim khusus untuk mempersiapkan rencana menggugat keputusan menteri BUMN melalui SK Nomor 39/MBU/02/2018 tentang pemberhentian, perubahan nomenklatur, pengalihan tugas anggota direksi Pertamina ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN).
“Sedang dalam kajian tim hukum FSPPB, kami tetap akan lanjutkan bilamana langkah-langkah yang sudah kami lakukan diabaikan menteri BUMN,” kata Noviandri, Presiden FSPBB, Selasa.
Noviandri mengatakan sambil menunggu kajian tersebut, serikat pekerja menunggu respon pemerintah terhadap semua saran dan masukan yang telah disampaikan kepada pemerintah, termasuk ke Presiden Joko Widodo agar turut bersikap mengenai kebijakan sepihak Menteri BUMN.
Serikat pekerja menilai Menteri BUMN Rini Soemarno tidak menjalankan instruksi presiden 2014 yang menginginkan agar direksi Pertamina lebih ramping untuk mendorong efisiensi.
Kebijakan pemerintah yang secara mendadak merubah nomenklatur Pertamina tidak akan membuat perubahan yang signifikan karena tidak melalui kajian ilmiah dan manajerial yang komperehensif. “Serta patut diduga merupakan penjarahan struktural Pertamina,” ungkap Serikat pekerja Pertamina dalam surat kepada presiden.
Selain itu, perubahan direksi juga dianggap mengabaikan peran dewan komisaris sebagai representasi pemerintah di Pertamina.
“Kebijakannya tidak membuat Pertamina berkembang. Kalau ini diabaikan maka kami lanjutkan dengan gugatan ke PTUN. Kami harus mempersiapkan materi supaya gugatannya kuat. Pendalaman untuk materi UU PT tentang kewenangan RUPS dan lain sebagainya.” ungkap Noviandri.
Isi dari SK Nomor 39/MBU/02/2018 mencakup, memberhentikan Yenni Andayani sebagai Direktur Gas Pertamina; menghapus direktur gas; direktur pemasaran menjadi direktur pemasaran retail; menambah posisi direktur pemasaran korporat, menambah posisi direktur logistik, supply chain, dan infrastruktur. Serta menetapkan Muchamad Iskandar menjadi direktur pemasaran korporat dan merangkap sebagai pelaksana tugas direktur pemasaran retail hingga diangkat pejabat definitif dan mengangkat Nicke Widyawati menjadi direktur logistik, supply chain, infrastruktur dan merangkap direktur SDM hingga diangkat pejabat definitif.
Adiatma Sardjito, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan tidak bisa berkomentar banyak terkait rencana para serikat pekerja. “Saya juru bicara perusahaan, bukan serikat pekerja,” kata dia ketika dikonfirmasi Dunia Energi, Selasa.(RI)
Well, kebijakan Kementerian BUMN yg dipimpin Ibu Rini Soemarno ini- dengan menggemukkan Direksi Pertamina menjadi 11, menurut hemat kami (sebagai mantan2 Pertamina), kurang bijaksana. Karena, salah satunya, Ibul Rini ini tak menghargai @ menyimak sambutan/amanat @instruksi pak Jokowi (Presiden
kita) yang menginginkan agar Pertamina ini berbody ramping tapi effisien dan efektif. Apalagi kawan2 para Pekerja Aktip -yang direpresentasikan oleh bung Noviandri /Ket.Pengurus FSPPB (Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu)-telah mengeluarkan statement penolakan atas kebijakan hasil RUPS tsb bahkan akan mem-PTUN-kan Kebijakan ini jika tak dianggap apa2 oleh Kementerian BUMN.
Sebelum Pertamina dipiloti oleh pak Elia Masa Manik (beliau dilantik pd bulan April 2017), Pertamina dipimpin oleh pak Dwi Soetjipto hampir 2 tahun), tapi pak Dwi Soetjipto akhirnya dicopot (mengejutkan kita semua) dari jabatannya sebagai Dirut Pertamina.
Publik khususnya kami mantan2 Peertamina tak pernah tau apa alasannya. Mungkin FSPPB tau tapi tak comment apa2. Spekulasi pun muncul terkait pencopotan beliau, macam2 lah issunya. tapi beliau dicopot mungkin pak Dwi dianggap tak koperatif baik dengan para Pemegang Saham (menentang kebijakan yg dipandangnya tak sesuai dgn keberadaannya/tak mau didikte @ juga mungkin kebijakannya bersenggolan @ merugikandgn pihak ke 3 /Juragan2 Migas bahkan
mungkin beliau sulit menjalankan kebijakan2 Kementerian BUMN, dll.
Ada 1 hal yang terkesan cukup koperatif dan hangatnya gaya leadership pak Dwi yang mantan Dirut ini dan tidak akan terlupakan oleh kami para Pengurus Forum Pensiunan Pertamina ketika beliau (ditengahtengah kesibukannya) ingin secara informal bertemu dgn kami : bersilaturahmi untuk mendengar dan mendapatkan informasi2 penting terkait problem2 yang tak kunjung rampung2 ttng layanan terhadap Pensiunan Pertamina khususnya beredarnya issu2 penggunaan Dana/Uang Pensiunan Pertamina Ratusan milliar yang dikelola oleh DPP (Dana Pensiunan Pertamina) berbau busuk bhkn jadi bancaan.
Beliau menanggapinya dgn baik dan mengatakan akan meminta bantuan lembaga2 negara seperti : KPK, Kapolri, Kejagung, Auditor dll.
Meski pertemuan ant beliau dgn kami tak terwujud, tapi janji beliau betul2 diwujudkan beliau persis di hari pencopotannya, terbongkarlah kasus KKN, entah apapun namanya di DPP yg dirilis oleh pak Rum-Kapuspenhuk Kejagung R.I. yg menetapkan seorang mantan PresDir DPP sebagai tersangka berkolobarasi/memainkan Dana/Uang Pensiunan Pertamina yg menguntungkn Pihak Eksternal (putra seorang Konglomerat) dan membuat para Pensiunan Pertamina mengumpat.
Back to kasus issu perseteruan ant Kementerian BUMN/Pemegang Saham dgn pak Manik.
What’s really going on inside there ??
Kenapa ada kesan perseteruan antara pak Manik (yang tadinya diapresiasi dan disetujui oleh pak Jokowi sebagai figur terbaik dari 8 kandidat memimpin Pertamina), dengan Kementerian BUMN ??
Gak mungkin lah mbak Sri tak mengenal pak Manik. Toh pak Manik ini sebelumnya kan juga pernah mimpin perusahaan BUMN-meski tak segede Pertamina, yaitu PTP XIII Perkebunan Nusantara /Holding mestinya kan kredibiltasnya dikenal luas tidak hanya di kalangan Kementerian/Direksi BUMN bahkan juga di kalangan para Pengusaha/Rakyat yg terkait core-businessnya (Kelapa Sawit).
Bingungkah pak Jokowi ?
Kita tunggu dan lihatlah apa kisah selanjutnya apakah pak Manik dicopot ? @ pak Manik mau withdraw ? Tired ?
Atau keep on moving…. ,
Memimpin Pertamina ?
Just wait. So many many works (Pertamina) waiting, bro.
Hari Poernomo/Ket.FKPPB.
D.Sembiring/Sekjen.FKPPB.
H.Toto Hadi Soeharto.
Koordinator FKPPB Jawa Barat.