JAKARTA – Sinergi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN dengan PT Pertamina (Persero) dalam pembangunan infrastruktur gas akan makin kuat jika pemerintah membeli kembali (buyback) saham PGN yang dikuasai publik.
“Sebaiknya memang di buyback saja saham PGN yang dikuasai publik jadi kembali sepenuhnya milik negara 100% jadi BUMN,” ujar Inas Nasrullah Zubir, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Hanura, Kamis (21/4).
Menurut Inas, buyback saham PGN oleh pemerintah yang bisa juga melalui Pertamina bertujuannya untuk membangun PGN. Dengan penguasaan penuh Pertamina terhadap PGN, Pertamina yang mempunyai anak usaha yang bergerak di sector yang sama, yakni PT Pertamina Gas (Pertagas) bisa melakukan sinergi.
“Jadi jika sudah di buyback diharapkan sinergi pembangunan infrastruktur gas menjadi lebih baik,” katanya.
Pemerintah saat ini menguasai 56,96% saham PGN. Sisanya, 43,04% saham dikuasai publik. Pada perdagangan Kamis, harga saham PGN ditutup turun Rp 30 atau 1,15% ke level Rp 2.570 dibanding penutupan perdagangan Rabu (20/4).
Anggota Komisi VII DPR lainnya, Satya W Yudha dari Fraksi Golkar, mengatakan dengan bersatunya PGN ke Pertamina otomatis kepemilikan saham asing menjadi berkurang.
“Tinggal nanti dibuat aturan pada saat harga bagus baru bisa di buyback oleh Pertamina. Tapi jangan dipaksakan sekarang karena justru bisa rugi,” tegasnya.
Menurut Satya, PGN berpotensi berkembang menjadi lebih besar dengan digabungkan ke Pertamina. Untuk itu, karyawan PGN juga tidak perlu khawatir dengan masa depannya.
“Nantinya PGN akan semakin besar karena ini business to business. Karyawannya juga tidak perlu khawatir karena bisnisnya akan semakin berkembang,” tandas Satya.
Hal senada diungkapkan Hari Purnomo, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Gerindra. Menurut Hari, salah satu cara mensinergi pembangunan infrastruktur gas adalah dengan membentuk holding BUMN energi yang menggabungkan PGN dengan Pertamina.
“Jadi digabung berada dalam satu holding. Ke depan bisa saja saham swasta di PGN di buy back,” katanya.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan holding BUMN energi akan terbentuk sebelum Juli 2016. Pertamina yang 100% sahamnya dikuasai negara akan menjadi induk usaha dan PGN menjadi salah satu anak usahanya di dalamnya.
Harus Direalisasikan
Menurut Hari, pemerintah bukan hanya mendukung pembentukan holding BUMN energi, namun harus segera melaksanakan. Dan itu menjadi tugas Menteri BUMN untuk merealisasikannya. Apalagi sinergi PGN dengan Pertamina adalah gagasan yang sudah sejak lama digulirkan.
“Sinergi utamanya dalam pembangunan infrastuktur gas. Makin cepat terwujud makin baik. Semua pihak pemasok maupun pengguna akan diuntungkan karena makin handal, efisien dan mencukupi,” tegasnya.
PGN pada 2016-2019 berencana menambah jaringan pipa gas baik transmisi maupun distribusinya sepanjang lebih dari 1.680 Km. Infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun sepanjang lebih dari 1.680 km tersebut di antaranya adalah proyek pipa transmisi open access Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi open access Muara Bekasi-Semarang, pipa Distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping dan pipa distribusi gas bumi di wilayah eksisting dan daerah baru lainnya.
Dengan tambahan pipa gas sepanjang lebih dari 1.680 km tersebut, akan membuat jumlah pipa gas bumi PGN yang saat ini sebanyak 6.986 km, pada 2019 nanti menjadi lebih dari 8.660 km. Jumlah ini akan meningkatkan kemampuan penyaluran gas PGN mencapai 1.902 MMSCFD.
Sementara itu, Pertamina hingga kini tercatat sebagai satu-satunya perusahaan energi di Indonesia yang menguasai mata rantai bisnis gas secara terintegrasi. Bisnis gas yang dijalankan Pertamina saat ini tak lepas dari kontribusi empat anak usaha di sektor eksplorasi dan produksi, yaitu PT Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina EP Cepu, dan PT Pertamina Internasional EP (PIEP). Dari tiga anak usaha di dalam negeri saja, Pertamina memproduksi gas sebanyak 1,63 miliar kaki kubik per hari.
Gas yang diproduksi anak usaha Pertamina, sebagian langsung disalurkan melalui pipa oleh PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha Pertamina di sektor distribusi dan transmisi gas, ke konsumen. Jaringan pipa transmisi open acces Pertamina saat ini mencapai 2.200 kilometer.(RI/RA)
Komentar Terbaru