JAKARTA – PT Donggi-Senoro LNG dan PT GE Oil and Gas Indonesia mendatangani perjanjian kontrak pemeliharaan peralatan kilang LNG Donggi Senoro senilai 102 juta Euro atau setara Rp1,5 triliun. Perjanjian tersebut merupakan kontrak jangka panjang untuk menunjang keandalan dan kestabilan kinerja operasi kilang.
Lingkup pekerjaan GE Oil and Gas Indonesia adalah untuk memonitor dan merawat peralatan kilang, baik yang diproduksi oleh GE maupun fabrikasi lain, termasuk penempatan personel di lapangan. “Tujuan utama kami adalah memastikan kilang dapat beroperasi dengan baik dan memproduksi LNG secara andal agar kami dapat memenuhi komitmen mengirimkan LNG kepada pembeli,” tutur Presiden Direktur Donggi-Senoro LNG, Gusrizal.
Kilang LNG Donggi-Senoro dengan nilai investasi mencapai US$2,8 miliar berlokasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Kilang ini telah memasuki tahap operasional sejak Juni 2015. Pengiriman kargo LNG telah dilakukan sejak 2 Agustus 2015 untuk pasar domestik maupun internasional.
Perseroan telah menandatangani kesepakatan jual beli gas dengan produsen di hulu, yaitu PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, PT Medco E&P Tomori Sulawesi, dan Tomori E&P Ltd., melalui Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB PMTS), dan PT Pertamina EP melalui Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM).
Sesuai kesepakatan tersebut, Kilang LNG Donggi-Senoro akan mendapatkan pasokan dari Blok Senoro-Toili yang dikelola JOB PMTS sebanyak 250 juta kaki kubik per hari (mmcfd). Selain memasok ke kilang LNG Donggi-Senoro, produsen gas juga memasok untuk industri domestik di antaranya pabrik ammonia dan pembangkit listrik.
Donggi-Senoro LNG juga telah meneken perjanjian jual beli LNG jangka panjang dengan Chubu Electric, Kyusu Electric, dan Korea Gas Corporation (Kogas). Pengiriman kargo LNG telah dilakukan untuk Kogas dan Kyusu. Sedangkan pengiriman ke Chubu dijadwalkan pada akhir tahun ini.
“Kilang LNG Donggi-Senoro menjadi proyek pertama di Indonesia yang menggunakan skema hilir yang memisahkan produksi gas di hulu dengan pengolahan gas alam cair di hilir,” kata Gusrizal. Model pengembangan hilir memungkinkan optimasi penerimaan negara sebab biaya pembangunan kilang tidak membebani cost recovery.
Kilang LNG Donggi-Senoro merupakan kilang has alam cair keempat di Indonesia.(LH)
Komentar Terbaru