BALIKPAPAN – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), salah satu anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) selaku Subholding Upstream Regional Kalimantan dengan dukungan SKK Migas terus menjalankan rangkaian inisiatifnya untuk memberdayakan industri lokal dengan semangat peningkatan kapasitas nasional di Wilayah Kerja (WK) Mahakam. Salah satunya adalah dengan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan operasi hulu migas dengan tantangan resiko dan keselamatan yang tinggi di operasi Drilling dan Well Intervention.
Setelah sukses dengan pengembangan aksesoris sumur melalui kolaborasi dan pembinaan dengan beberapa produsen nasional yang saat ini sudah beralih ke tahap implementasi industrialisasi, PT PHM kini sedang menjajaki pembinaan untuk penggunaan pipa-pipa produksi dalam negeri. Tantangan terbesar dalam inisiatif ini adalah kebutuhan spesifikasi teknis material yang tinggi dan sangat ketat. Kesesuaian spesifikasi teknis menjadi sangat penting demi menjamin keselamatan dan integritas sumur selama bertahun-tahun masa produksinya.
Setelah melalui tahapan pembinaan, produksi manufakturing pipa ERW (Electric Resistance Welding), dan quality control yang ketat sepanjang tahun, di bulan September 2021 ini salah satu uji produksi pipa produsen nasional telah sampai ke tahap uji lapangan. Material pipa dengan ukuran 20 inchi ini akan digunakan sebagai pipa konduktor, yang mana pemasangannya dilakukan dengan cara menumbuknya dengan menggunakan diesel hammer hingga kedalaman 100-120 m.
Khusus di WK Mahakam, metode pemancangan ini memiliki tantangannya tersendiri karena selain untuk mencapai fungsi utamanya, proses pemancangan ini perlu diarahkan demi tidak bertubrukan (anti collision) dengan ribuan sumur lain yang sudah dibor sejak pengembangan lapangan Mahakam dari tahun 1974. Metode ini disebut PERTACERDIK (Pertamina CP Driving Kit) dan sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Proses perdana pengujian lapangan ini disaksikan oleh Manajemen PHM selaku operator WK Mahakam, SKK Migas, Ditjen Migas dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang baru saja berganti nama menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam rangkaian kunjungan yang meliputi tinjauan pekerjaan persiapan pipa konduktor di area Tamapole dan operasi pemancangan di sumur lapangan Tunu Mahakam.
Naufal Noor Rochman, Koordinator Pemberdayaan Potensi Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, menyampaikan bahwa PHM menjadi pioner dalam implementasi TKDN yang semakin baik, dengan penggunaan pipa conductor pipe untuk persiapan kegiatan pengeboran di lapangan Tunu. dengan lebih banyak memakai produk pipa dalam negeri.
“Pengawasan peningkatan kualitas produk pipa nasional tersebut, merupakan implementasi komitmen Ditjen Migas, agar penggunaan produk impor bisa terus dikurangi, namun tetap menerapkan standar kualitas yang tinggi dalam operasional migas di lapangan”, ujar Naufal.
Lebih lanjut, Ditjen Migas menekankan kepada PHM bahwa manfaat penggunaan produk pipa dalam negeri diharapkan memberikan efek pada penciptaan lapangan kerja dan industri dalam negeri yang akan bisa mencetak lebih banyak laba sehingga pembayaran pajak pun lebih tinggi.
Agus Amperianto, General Manager PHM, menegaskan PHM akan terus meningkatkan produksi migasnya untuk mendukung capaian produksi minyak nasional 1 Juta BOPD dan target gas 12 BSCFD di 2030, dan juga pada setiap kegiatan project, maintenance dan operasional pengeborannya. “Kami akan terus mempertahankan kinerja capaian komitmen TKDN yang sudah sangat baik saat ini agar menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Tujuannya satu, yaitu Mahakam Bangkit untuk Indonesia Maju!,” ujar Agus.
PHM akan menjaga Penggunaan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam sektor migas berada dlm kondisi yg maksimal, sebagaimana tindaklanjut yg ditekankan oleh SKkMigas dlm Pedoman Tata Kerja SKK Migas Nomor 007/2011 yg menyebutkan TKDN industri hulu migas mencapai minimal 35%.
Di operasi industri migas & PHM sendiri saat ini penghitungan TKDN mengakomodir dua jenis, yaitu komponen material dan jasa. PHM menjaga komponen TKDN utk jasa 70%-80% dan material 50%-60%, yang selanjutnya kita mengontrol semua output produknya agar standar keselamatannya juga terjamin.
Selain itu, Agus juga mengungkapkan bahwa rangkaian pembinaan dan pengujian pipa produksi dalam negeri di WK Mahakam adalah sebagai bukti peran aktif dan positif terhadap majunya perekonomian nasional, sehingga kehadirannya dapat dirasakan masyarakat dan Bangsa Indonesia.
Proses pengembangan dan pembinaan produksi nasional pipa konduktor ini akan dilanjutkan dengan review secara keseluruhan hingga termasuk kemampuan menyesuaikan arah (directional) pemancangan pipa terhadap desain sumur yang sudah ditetapkan.
Sementara itu, Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi menyampaikan, SKK Migas telah menetapkan rencana dan strategi dalam Indonesia Oil and Gas (IOG) 4.0. Dalam rencana tersebut, target transformasi IOG 4.0 di tahun 2030 selain meningkatkan produksi 1 juta BOPD minyak dan 12 BSCFD gas, yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan efek berganda (multiplier effect) industri hulu migas.
“SKK Migas memberikan kesempatan kepada penyedia barang dan jasa dengan technical assistance dari BPPT untuk mengembangkan pipa konduktor. Secara prototype, pipa konduktor ini sudah dapat dilakukan uji coba, tinggal kedepan akan dibahas untuk sisi komersialnya,” ungkap Erwin.
SKK Migas terus mendukung dan memberikan arahan kepada KKKS dan penyedia barang dan jasa nasional yang ingin maju dan berkembang. “Komitmen dari PHM dalam menggunakan produk pipa dalam negeri adalah bentuk nyata hulu migas untuk memajukan industri nasional agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan menciptakan kemanfaatan ekonomi yang lebih besar bagi kemajuan bangsa Indonesia,” lanjut Erwin.
Erwin kemudian mengatakan, untuk terus mendukung hal tersebut, SKK Migas bersama KKKS akan mengadakan acara Forum Kapasitas Nasional 2021 pada Oktober 2021 nanti, acara tersebut akan menjadi wadah bagi para penyedia barang dan jasa nasional untuk saling berkolaborasi dengan industri migas. “Forum ini Juga menjadi diharapkan dapat mendorong transformasi aktif mereka untuk mengimplementasikan program-program peningkatan Kapasitas Nasional,” ujar Erwin.
Komentar Terbaru