JAKARTA- PT Pertamina (Persero) tidak mengeluarkan dana untuk akuisisi 100% hak partisipasi (participating interest) ExxonMobil di Blok B dan NSO Nangroe Aceh Darussalam. Untuk akuisisi tersebut, Pertamina telah mendapatkan persetujuan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan perusahaan memandang perlu untuk masuk sebelum kontrak berakhir pada 2018 karena untuk menjaga kesinambungan dan tingkat produksi. Atas persetujuan SKKMigas Pertamina telah mengakuisisi 100% saham Exxon Mobil di blok B dan NSO Nangroe Aceh Darussalam.
“Untuk akuisisi tersebut Pertamina sama sekali tidak mengeluarkan dana. Bahkan, ExxonMobil memberikan dana kepada Pertamina untuk memenuhi kewajibannya dalam penyelesaian sumber daya manusia di fasilitas Arun,” jelas Wianda.
Terkait temuan Badan Pemeriksa Keuangan mengenai dengan operasi kedua blok sebelumnya, sesuai dengan perjanjian akuisisi bahwa semua outstanding audit matter disepakati tetap menjadi tanggung jawab ExxonMobil. “Dengan demikian seharusnya tidak ada lagi persoalan terkait dengan akuisisi ini,” katanya. (DR)
Dear Bapak Presiden Jokowi,
Lapor Pak. bahwa Pertamina sampai kini belum membatalkan pembelian blok2 migas tua blok “B” serta blok “NSO” dan fasilitas di PT. Arun yang akan memakai uang Trilliyunan bahkan Puluhan Trilliyunan kepada ExxonMobil Indonesia, yang Production Sharing Contract(PSC) akan berakhir di tahun 2018.
Ini suatu hal yang aneh yang perlu Bapak menanyakan kepada Menteri ESDM/ SKKMigas yang telah memberi “Green Light” bagi Pertamina. Ini adalah sesuatu tindakan yang menghamburkan uang negara/ rakyat, Pak. Saya bersedia memberi keteranganku yang sudah memegang Blok2 migas tersebut, blok “B” sejak tahun 1980 dan blok “NSO” sejak 1984, saat saya kerja di Mobil Oil(sekarang ExxonMobil Indonesia) hingga saya dikirim ke US. mengikuti developmental assignment di tahun 1993.
Perlu dicatat, ExxonMobil Oil telah menerima kembali semua biaya investasinya melalui “Cost Recovery” dan membawa untung yang amat besar dari Arun Field oleh Exxonmobil dan negara Indonesia.
Saya tau “inside out” dari blok2 tersebut. Blok2 tersebut hanya tinggal kurang dari 5% dari awal cadangan gas / kondensate yang bisa diambil dan toh tahun 2018 sudah harus dikembalikan kepada Pemerintah Indonesia karena seperti blok “B”, Exxonmobil sudah beroperasi sejak tahun 1969 hingga kini(46 tahun).
Berdasarkan PSC(Production Sharing Contract), Mobil Oil(sekarang ExxonMobil) memegang saham 30% atas gas alam dari blok “B” dan “NSO”,sedangkan saham 15% dari kondensate dari blok2 tersebut. Karena ada proyek re-injection gas di Arun field sejak operasi lapangan tersebut di tahun 1977, maka gas alam di reservoir Blok “B” termasuk South Lhoksukon “A” dan “D”, tidak seberapa associated kondensate yang sisa didalamnya kini. Sedangkan Blok “NSO” mengandung H2S yang memerlukan biaya pengolahan yang besar dan waktu lapangan NSO “A” dikembangkan, tujuannya adalah mendapat kembali biaya2 yang amat besar, sekitar US$ 200 juta yang telah dipakai Mobil Oil Indonesia dalam eksplorasi blok NSO “A” dan “J” tersebut, yang sampai kami mau menjustifikasikan lapangan2 tersebut di blok “NSO” amat sulit, tapi karena kalo tidak justify, maka uang sekitar US$ 200 millions jadi sunk cost, artinya Mobil Oil rugi uang sebesar tersebut diatas.
Salam dan Terima Kasih,
Hasim Sutanto
Mantan Chief Process Engineer, Mobil Oil Indonesia