JAKARTA – Program digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) yang dijalankan PT Pertamina (Persero) bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia terus meleset dari target. Padahal setelah beberapa kali terlambat, kedua perusahaan sama-sama bersepakat mau merampungkan program tersebut pada Agustus 2020.
Berdasarkan data Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) hingga 12 Sepember 2020, SPBU yang terpasang Automatic Tank Gauge (ATG) sebanyak 5.058 SPBU atau progress-nya 91,66%.
Selain itu, terpasang EDC “Link Aja” sebanyak 5.024 SPBU atau progress-nya 91,05%, mencatat nomor polisi (nopol) melalui EDC sebanyak 3.183 SPBU atau progress-nya 57,68%.
Untuk SPBU terintegrasi dengan BAST atau dengan pusat data, sehingga data bisa ditampilkan di dashboard sebanyak 3.575 SPBU atau baru 64,79%. Terdigitalisasi pada dashboard sebanyak 2.383 SPBU atau 43,19%, dan terpasang CCTV analytic masih belum ada progress sama sekali.
M. Fanshurullah Asa, Kepala BPH Migas, mengatakan harusnya pada Agustus 2020 ditargetkan sebanyak 5.518 SPBU terdigiitalisasi secara full.
“Tujuannya untuk meningkatkan akuntabilitas data penyaluran BBM kepada konsumen serta meningkatkan fungsi pengaturan dan pengawasan BPH Migas terhadap kegiatan pendistribusian BBM di seluruh SPBU,” kata Fanshurullah di Gedung DPR, Selasa (15/9).
Dia mengatakan sejak dimulainya program digitalisasi SPBU pada 31 Agustus 2018 lalu program ini sudah mengalami empat kali revisi target penyelesaian. Revisi target pertama pada 28 Juni 2019, revisi target kedua pada 31 Desember 2019, revisi target ketiga pada 30 Juni 2020, dan terakhir revisi target keempat pada Agustus 2020.
“Sejak dimulai program digitalsiasi SPBU pada 31 Agustus 2018, program ini telah mengalami empat kali revisi target penyelesaian, yaitu dari target awal tanggal 31 Desember 2018, sampai dengan target revisi keempat yaitu pada bulan Agustus tahun 2020,” ungkap Fanshurullah.
Sejauh ini ditemukan persentase kepatuhan pencatatan nopol oleh seluruh SPBU yang terdigitalisasi rata-rata sebesar 39%. “Manfaat IT Noozle pengawasan dengan tekhnologi sehinga tepat sasaran dan tepat volume, terutama pada BBM Subsidi Solar dan BBM Penugasan atau Premium,” kata Fanshurullah.(RI)
Komentar Terbaru