JAKARTA – Digitalisasi jadi kunci untuk mempercepat rantai suplai di berbagai sektor termasuk industri migas. Transformasi pengelolaan rantai suplai yang adaptif guna menghadapi tantangan energi di masa depan jadi syarat wajib jika industri migas mau bertahan.

“Penerapan e-catalog adalah salah satu keberhasilan terbesar yang telah kita capai, dan ini adalah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pemerintahan kita,” ujar Luhut Binsar Pandjaitan disela pembukaan Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta Convention Center, Rabu (14/8).

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, menegaskan pentingnya rantai suplai yang efektif dan efisien sebagai fondasi suksesnya industri migas.

“Kita membutuhkan pengelolaan rantai suplai yang tidak hanya tangguh tetapi juga fleksibel beradaptasi dengan perubahan pasar,” ungkap Arifin.

Sementara itu, Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menyatakan digitalisasi dalam pengelolaan rantai suplai menjadi salah satu pilar strategis industri hulu migas. SKK Migas sendiri sudah meluncurkan IOG e-Commerce untuk pengadaan barang dengan nilai yang tercatat hingga kini sebesar Rp 1 miliar.

“Inisiatif ini diharapkan mempercepat proses pengadaan, memperluas pasar bagi penyedia barang lokal, dan menciptakan kompetisi yang sehat,” ujar Dwi.

Supply Chain & National Capacity Summit 2024 adalah acara pertama setelah sembilan tahun absen yang kembali digelar mengingat dinamika industri hulu migas yang semakin ketat dan kompetitif, terutama dalam pengelolaan rantai suplai.

Rudi Satwiko, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas, menegaskan bahwa SKK Migas akan terus membangun kolaborasi dengan sektor swasta dalam penerapan digitalisasi dan pengelolaan rantai suplai yang adaptif. “Kita perlu memastikan suplai yang stabil bagi kebutuhan, sehingga daya saing industri hulu migas nasional meningkat, terutama dalam menghadapi tantangan global,” katanya.

Dalam sesi COO Forum, Wahju Wibowo, Deputi Eksploitasi SKK Migas, menjelaskan bahwa tantangan ketahanan energi nasional diproyeksikan terus meningkat hingga tahun 2050. Meskipun ada perubahan dalam komposisi energy mix, gas diperkirakan tetap menjadi sumber energi dominan. SKK Migas, bakal tetap fokus pada optimalisasi aset dan percepatan produksi sebagai langkah antisipatif memenuhi kebutuhan energi nasional.

“Di tengah tantangan yang ada, peluang untuk pertumbuhan dan inovasi di sektor hulu migas masih menjanjikan. SKK Migas berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan industri ini melalui strategi yang berkelanjutan dan berorientasi pada masa depan,” ungkap Wahju.

Dalam rencana jangka panjang, lanjut Wahju, SKK Migas menerapkan empat strategi utama untuk memastikan keberlanjutan produksi, yakni meningkatkan nilai aset yang ada, mengubah sumber daya menjadi produksi, meningkatkan kapasitas lokal, dan melakukan eksplorasi untuk menemukan cadangan minyak dan gas baru.

Wisni Bahriansyah, Direktur SDM & Penunjang Bisnis PT Pertamina Hulu Energi, menjelaskan peran Pertamina dalam perekonomian nasional semakin signifikan dengan kontribusi besar terhadap penerimaan negara melalui pajak dan PNBP untuk itu Pertamina sangat mendukung program pemerintah dengan mengintegrasikan teknologi digital di setiap lini operasi perusahaan.

“Upaya ini tidak hanya mendukung visi pemerintah dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi, tetapi juga memperkuat peran Pertamina memperkuat ketahanan energi nasional,” ujarnya.

Sementara itu, Ronald Gunawan Direktur & COO Medco Energi, menjelaskan, Medco terus berinovasi dalam mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi operasional, sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan.

Secara keseluruhan, lanjutnya, Medco berkomitmen mengembangkan bisnis energi dan sumber daya alam yang berkelanjutan, dengan fokus pada pengembangan proyek berskala besar dan energi rendah karbon seperti CCS, LNG, dan hidrogen.

“Hal ini sejalan dengan komitmen global untuk pengurangan emisi karbon, sekaligus memperkuat posisi Medco sebagai pemain utama di industri energi,” ungkap dia. (RI)