JAKARTA- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), perusahaan energi terintegrasi, mencatatkan pendapatan sebesar US$ 300,24 juta pada kuartal I 2021, naik dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat US$ 276,49 juta. Kontributor terbesar pendapatan usaha perseroan berasal dari pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar US$ 290,83 juta naik dari US$ 266,86 juta (year-on-year).
Di sisi lain, beban pokok pendapatan dan biaya langsung lainnya Medco tercatat US$ 180,3 juta, naik dari US$ 166,89 juta. Dengan demikian, laba kotor perusahaan tercatat US$ 119,87 juta, naik dari US$ 109,6 juta.
Sementara itu, laba bersih tercatata US$ 5,12 juta dibandingkan rugi bersih US$ 19,97 juta.
Roberto Lorato, CEO Medco Energi mengaku senang melaporkan hasil kinerja yang membaik dengan laba bersih positif dan EBITDA yang meningkat. Harga komoditas terlihat telah berangsur pulih, namun permintaan gas masih rendah.
“Kinerja operasional dan keselamatan kerja kami tetap kuat, meskipun pandemi jelas belum berakhir, kami terus menjaga protokol kesehatan dengan ketat,” ujarnya seperti dikutip dari laman perseroan, Minggu (27/6).
Medco mencatatkan EBITDA US$$159 juta, hampir dua kali lipat dari Kuartal-4 tahun 2020 terutama dari pulihnya hargakomoditas. Harga minyak AS$58,8/bbl, 14% lebih tinggi tahun ke tahun (AS$51,3/bbl) dan harga gasstabil di AS$5,7/mmbtu.
Laba bersih perseroan berasal dari dari operasi migas dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang menghasilkan pendapatan positif serta diuntungkan dengan pulihnya harga komoditas emas.
Roberto mengatakan, Medco akan mempertahankan fleksibilitas keuangan untuk menanggapi permintaan gas yang meningkat. Belanja modal ketenagalistrikan sebesar US$3 juta untuk kelanjutan proses commissioning proyek 275MW CCGPP Riau.
Dari sisi operasi, Medco mencaatkan produksi migas sebesar 101 mboepd, stabil dari tahun ke tahun meskipun portofolio gas lebih besar. Permintaan gas tetap rendah terutama di Aceh dan Jawa Timur. Biaya produksi per unit adalah US$$8,7 per boe, sesuai dengan panduan setahun penuh.
South Natuna Sea Block B mendapatkan perubahan terms keekonomian setelah menyelesaikan pengembangan lapangan minyak Forel yang sedang berlangsung. Di sisi lain, perseroan telah menyelesaikan program Acid Fracturing pada dua sumur Alur Siwah untuk optimisasi produksi gas masa depan di Aceh.
Untuk Medco Power, Medco menghasilkan penjualan sebesar 666 GWh, turun 4% tahun ke tahun, terutama karena permintaan listrik yang lebih rendah, 32% dihasilkan dari energi terbarukan pada Kuartal-1 2021.
“CCGPP 275MW Riau telah 97% selesai, commissioning terus berlanjut dan fasilitas berada sesuai rencana untuk operasi komersial di Kuartal-4 2021,” ujar Roberto.
Medco juga telah menyelesaikan aliansi strategis dengan Kansai Electric Power Company pada 31 Maret 2021. Hal ini memperkuat daya saing Medco Power pada proyek pembangkit listrik tenaga gas di masa datang.
Adapun pembangunan fasilitas Solar PV 26MWp di Sumbawa sedang berlangsung dengan operasi komersial diharapkan pada Kuartal-1 2022.
Untuk Amman Mineral, memproduksi 48 Mlbs tembaga dan 34 Koz emas dengan terus mengakses bijih dari Fase 7. Pengembangan Fase 8 sedang berlangsung. Amman Mineral memperoleh perpanjangan satu tahun izin ekspor untuk 579.444 Wet Metric Ton dan penyelesaian proyek smelter telah mencapai progress 27% per Januari 2021.
Pada 2021, Medco menargetkan produksi migas 95 mboepd, penjualan listrik 3.000 GWh, dan biaya produksi migas per unit di bawah AS$10/boe, serta total belanja modal migas AS$150 juta dan listrik AS$65 juta
“MedcoEnergi dan masyarakat telah menghadapi masamasa yang sangat menantang akibat pandemi COVID-19. Kami telah menghasilkan kinerja awal yang positif pada 2021 dan MedcoEnergi akan terus mendukung pemulihan serta memperbaharui komitmen kami terhadap pembangunan ekonomi dan sosial jangka panjang yang berkelanjutan,” ujar Hilmi Panigiro, Presiden Direktur Medco Energi. (RA)
Komentar Terbaru