BANDUNG – Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok yang berada di kawasan Dago, Bandung Jawa Barat telah memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sejak zaman penjajahan Belanda. PLTA Bengkok dibangun oleh Perusahaan Tenaga Air Negara Dataran Tinggi Bandung (Landiswaterkrachtbedrijf Bandung en Omstreken atau Gemeenschappelijk Electrisch Bedrijf Bandoeng en Omstreken) pada 1923.
“Meski sudah tua, mesinnya sampai sekarang masih berfungsi secara maksimal, hanya produksi listrik di sini bergantung pada debit air, sekarang lagi kemarau jadi produksi listriknya sedikit,” kata Ahmad Saenudin, Supervisi Senior PLTA Bengkok, di Bandung, Sabtu (20/10).
PLTA Bengkok merupakan salah satu sumber penyuplai listrik untuk Bandung dalam jaringan listrik Jawa-Bali, dengan kapasitas produksi maksimal mencapai 3,15 Megawatt (MW) dan debit air yang cukup.
Melalui sejumlah proses atau tahapan sebelum dialirkan dengan menggerakan tiga unit turbin di PLTA tersebut, PLTA Bengkok sudah melalui sertifikasi kelayakan. Pemeliharaan mesin dilakukan bulanan, tahunan, dan lima tahunan. Ada juga yang direkondisi.
Sejak 27 Oktober 1945 PLTA Bengkok diambil alih oleh Indonesia. Saat ini PLTA Bengkok Dago merupakan salah satu Unit pada Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Saguling, PT Indonesia Power.
PLTA Bengkok dibangun dengan membuat bendung pada sungai Cikapundung di Utara Kota Bandung. Dari intake air sungai Cikapundung tersebut dialirkan ke bak pengendap yang berkapasitas 10.000 m3. Dari bak pengendap air dialirkan lewat saluran terbuka (open tunnel) sepanjang 2.823 m menuju kolam tando yang berkapasitas 30.000 m3 dan mempunyai luas 10.000 m2.
Dari kolam tando air dialirkan melalui pipa pesat sepanjang 870 m dan diameter 120 cm menuju power house. Debit aliran air pada pipa pesat adalah 3,5 m3/det sedangkan tinggi jatuh (Head) sebesar 104 m. Sebelum masuk ke Power House pipa pesat tersebut bercabang 3 dengan pipa pembagi berdiameter 80 cm untuk menggerakkan 3 buah turbin dengan kapasitas masing-masing 1,5 MW.
“Jumlah biaya produksi lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan HSD (High Speed Diesel), seperlimanya lah,” kata Ahmad. (RA)
Komentar Terbaru