JAKARTA – Indonesia menambah volume impor komoditas maupun barang dari Amerika Serikat sebagai bagian dari negosiasi penerapan tarif impor yang diberlakukan Donald Trump, Presiden Amerika.

Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan komoditas migas memang jadi fokus sebagai bagian dari negosiasi. Menurut Bahlil volume impor harus ditingkatkan sehingga Indonesia paling tidak bisa impor BBM, LPG maupun minyak mentah (Crude Oil) dari Amerika senilai US$ 10 miliar.

“Yang kami susun adalah terkait dengan urusan defisit meraca perdagangan kita Yang kaitannya dengan itu Indonesia harus mengimpor beberapa komoditas seperti LPG, BBM, dan crude dan itu nilainya kurang lebih sekitar US$10 miliar Karena kan kita punya defisit kan sekitar US$14,6 tapi diakui oleh mereka US$17,9 miliar,” jelas Bahlil di Kementerian ESDM, Senin (28/4).

Tidak hanya komoditas. Pengerjaan proyek di sektor migas juga tidak luput dari bahan negosiasi pemerintah. Seperti diketahui saat ini beberapa proyek besar sedang dikerjakan dan juga sedang dalam perencanaan.

Diyakini nantinya proyek migas di tanah air juga akan kebanjiran produk dari Amerika, sebut saja proyek pembangunan kilang atau refinery yang sudah masuk dalam perencanaan pemerintah. Pertamina sendiri juga tengah kembangkan kilangnya melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) seperti di Balikpapan, Cilacap, Balongan. “Selain itu yang juga kita lakukan adalah pembelian terhadap beberapa barang modal yang ada dari AS Untuk melakukan pembangunan refinery, bagian daripada hilirisasi ke depan Itu kurang lebih sekitar US$8-10 miliar,” ungkap Bahlil.