JAKARTA – Pemerintah telah menerapkan tiga strategi untuk menekan defisit minyak dan gas bumi (migas) sejak akhir 2018.
Cara pertama adalah pemanfaatan biodiesel yang diperluas ke seluruh sektor sejak 1 September 2018. Meskipun sempat menemui kendala pada awal pelaksanaannya, pemerintah mengklaim cara tersebut cukup efektif untuk mengurangi impor minyak.
Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan saat ini proses penyaluran biodiesel tidak lagi menemui hambatan. Paling tidak dengan kebijakan biodiesel akan mengurangi 20% porsi impor solar.
“Jadi kami update tadi berapa dampak dari B20 ,” kata Arcandra di Jakarta, Rabu malam (20/3).
Selain itu, impor minyak juga berkurang seiring strategi pembelian minyak mentah dari kontraktor. Sebab, paling tidak proyek membeli langsung minyak mentah dari KKKS tersebut bisa menghemat impor minyak hingga paruh akhir semester satu.
“Dengan kontrak tersebut, kontraktor migas wajib menjual kontraknya ke Pertamina atau tidak diekspor. Sehingga pemerintah bisa tekan pembelian minyak mentah dari luar negeri,” ungkap Arcandra.
Dalam data Kementerian ESDM yang diperoleh Dunia Energi, hingga Maret total volume minyak mentah yang sudah dibeli Pertamina dari KKKS yang beroperasi di dalam negeri mencapai 10,3 juta barel.
Langkah berikutnya adalah kebutuhan MFO (Marine Fuel Oil) yang kini bisa mulai dipenuhi oleh kilang Pertamina.
Sebelumnya perusahaan tambang seperti PT Vale Indonesia yang menggunakan MFO begitu juga dengan PT AKR Corporindo Tbk, PT Yafindo Mitra Permata, PT Cosmic Petroleum Nusantara, harus impor MFO.
Kini perusahaan-perusahaan tersebut sudah meneken kerja sama dengan Pertamina agar tidak ada impor MFO lagi.
“Dari ketiga itu, tiga-tiganya lumayan nanti kita lihat untuk MFO buat apa sih di operasi mereka jika untuk alat-alat berat saja cukup tampaknya,” kata Arcandra.
Adapun jumlah konsumsi MFO keempat badan usaha tersebut dalam setahun bisa mencapai 400 ribu kilo liter. Ini artinya akan ada peralihan dari nilai yang biasa diimpor.
Impor minyak Indonesia selama bulan Februari lalu tercatat turun signifikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) impor minyak Februari bahkan turun hingga 65% dibanding tahun lalu.
BPS mencatatkan adanya pengurangan volume impor minyak mentah pada bulan Februari sebesar 61,45% year on year, menjadi sebesar 714,1 ribu ton.(RI)
Komentar Terbaru