JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan menutup permanen sumur YYA-1 di area PT Pertamina Hulu Energi di Blok Offshore North West Java (ONWJ) seiring dengan munculnya gelembung gas dan tumpahan minyak.
Dharmawan H. Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan upaya menghentikan keluarnya gas dan minyak YYA-1 Blok ONWJ dilakukan dengan melakukan penyemenan langsung ke titik sumber. Proses penanganan dibantu perusahaan asal Amerika Serikat, Boots and Coots.
“Sumur permanen ditutup dan tidak untuk digunakan kembali,” ujar Dharmawan saat menggelar konferensi pers di Kantor Utama Pertamina, Jakarta, Kamis (27/4).
Dharmawan mengungkapkan alasan Pertamina menggandeng Boots and Coots karena dinilai memiliki teknologi mutakhir dalam penanggulangan minyak dan gas. Boots and Coots juga telah teruji mampu mengatasi tumpahan minyak yang lebih besar seperti saat menangani kasus di Teluk Meksiko.
Pertamina masih melakukan investigasi penyebab keluarnya gelembung gas di anjungan YY, sumur minyak lepas pantai Laut Jawa YYA-1.
“Kami masih melakukan investigasi yang mendalam terkait dari asal-muasal gas yang menimbulkan Buble,” kata Dharmawan seperti dikutip Antara.
Menurut dia, akibat adanya gelembung gas ini menyebabkan salah satu kaki anjungan tidak stabil dan memaksa Pertamina untuk mengevakuasi seluruh pekerjanya.
Dharmawan mengungkapkan kronologi awal terjadi gelembung yang terjadi pada 12 Juli 2019. Sekitar pukul 01.30 WIB pada saat melakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan re-perforasi muncul gelembung gas di anjungan YY dan Rig Ensco-67 ONWJ.
“Sumur YYA-1 merupakan sumur eks eksplorasi YYA-4 yang dibor tahun 2011,” kata dia.
Kemudian pada 14 Juli, Pertamina langsung mengevakuasi seluruh pekerja dari anjungan dan sekitar area tersebut ke tempat yang aman. Keesokan harinya, PHE ONWJ menyatakan keadaan darurat dan langsung bersurat ke SKK Migas dan Kementerian ESDM.
Pada 16 Juli, mulai terlihat lapisan minyak di permukaan laut sekitar blok ONWJ, di samping gelembung gas yang masih terus terjadi. Pada 17 Juli tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan.
“Pada 18 Juli, tumpahan minyak mulai mencapai pantai ke arah barat. Jarak anjungan dengan garis pantai Karawang sekitar dua kilometer,” kata dia.(RA)
Komentar Terbaru