DUBAI – Hari Bumi, Tata Guna Lahan, dan Kelautan yang diselenggarakan oleh COP28 menjadi saksi bagaimana para pemimpin dunia mendukung komitmen dan janji senilai lebih dari US$186 juta untuk mendorong aksi iklim dan terus membangun momentum untuk melindungi dan memulihkan alam.
Sejumlah komitmen penting terkait hutan, hutan bakau, restorasi bentang alam, pendanaan alam, dan laut, diumumkan untuk menegaskan kembali bahwa tindakan jangka pendek terhadap alam sangat penting untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris.
“Tidak ada jalan lain untuk memenuhi Perjanjian Paris dan menjaga 1,5°C tetap dalam batas aman tanpa melindungi dan memulihkan alam, tanah, dan lautan. Kita harus bekerja sama, terutama dengan masyarakat adat dan komunitas lokal yang mengelola aset-aset penting ini,” ujar H.E Razan Al Mubarak, Juara Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB untuk COP28, dalam keterangan tertulis Senin(11/12/2023)
Ia mengatakan jumlah peserta yang luar biasa dan beragam pada Hari Alam, Tata Guna Lahan, dan Kelautan di COP membuktikan dukungan terhadap agenda alam-iklim ganda ini dan sentralitasnya terhadap respons terhadap Global Stocktake.
“Saya senang bahwa kita juga memiliki perencanaan langkah yang jelas untuk alam menuju COP30 di Belem,” katanya.
Lebih dari US$186 juta pendanaan baru untuk alam dan iklim untuk hutan, bakau, dan lautan diumumkan pada Hari Alam, Tata Guna Lahan, dan Kelautan. Pendanaan ini merupakan kelanjutan dari dana sebesar US$2,5 miliar yang digalang untuk melindungi dan memulihkan alam selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aksi Iklim Dunia (WCAS) COP28 pada tanggal 2 Desember lalu.
“Kepresidenan COP28; UEA, telah menunjukkan aksi nyata untuk Alam, yang didukung oleh komitmen keuangan yang signifikan. Perjalanan menuju 1,5 seperti yang kita semua tahu, tidak mungkin terjadi tanpa alam, dan tindakan setingkat ini harus dipercepat untuk mencapai pergerakan yang nyata pada COP30,” kata H.E Nana Addo Dankwa Akufo-Addo, Presiden Republik Ghana.
Memulihkan alam dari kerusakan dapat memberikan lebih dari 30 persen aksi mitigasi yang diperlukan untuk menjaga agar 1,5°C tetap dalam batas aman yang dapat dicapai pada tahun 2030. Alam juga memiliki peran penting dalam mengurangi bahaya terkait iklim, seperti banjir dan kebakaran. Pelestarian alam juga dapat memberikan potensi peluang bisnis baru senilai US$10 triliun dan menyediakan hampir 400 juta lapangan kerja baru.
Pada COP26 lalu, para pemimpin dunia sepakat untuk menghentikan dan membalikkan laju deforestasi pada tahun 2030 dan pada awal tahun ini, mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global (Global Biodiversity Framework/GBF), yang bertujuan untuk melindungi 30 persen daratan dan lautan pada tahun 2030. Tujuan-tujuan ini bergantung pada investasi dan kepemimpinan dari masyarakat adat, yang mengelola sekitar 80 % keanekaragaman hayati global.
“Selama ribuan tahun, masyarakat kami telah mengabdikan diri untuk hidup seimbang dan harmonis dengan alam, mengamati perilaku keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kami, hewan, siklus hidup tanaman, dan aliran air,” ujar María Jose Andrade Cerda, seorang perempuan adat dari komunitas Kichwa di Serena, Ekuador, yang memimpin pengembangan ekonomi dan masyarakat di dewan Konfederasi Masyarakat Adat Amazon Ekuador.
Maria Jose menyampaikan dengan menyatukan ilmu pengetahuan dan pengetahuan masyarakat adat, COP28 telah membantu mengingatkan dunia bahwa memahami dan menghormati tarian rumit antara manusia dan alam adalah hal yang sangat penting bagi masa depan.
Kebijakan utama yang dihasilkan pada Hari Alam, Tata Guna Lahan, dan Kelautan adalah pernyataan bersama antara Kepresidenan COP28 dan Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), yang diketuai oleh Republik Rakyat Tiongkok. Pernyataan Bersama COP28 tentang Iklim, Alam, dan Manusia didukung oleh 18 negara yang memimpin kemitraan iklim, alam, dan 11 kemitraan keanekaragaman hayati di hutan, bakau, dan laut. Hal ini menandakan komitmen baru bagi negara-negara untuk mengkoordinasikan dan mengimplementasikan strategi alam dan iklim secara bersamaan.
Komitmen yang dibuat, Senin(11/12/2023), merupakan kelanjutan dari komitmen yang dibuat pada KTT Aksi Iklim Dunia (World Climat Action Summit/WCAS) COP28 pada tanggal 2 Desember lalu, di mana dana sebesar US$2,5 dolar dikerahkan untuk melindungi dan merestorasi alam. Selama WCAS, Juara Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB untuk COP28, Al Mubarak mengumumkan, bahwa Uni Emirat Arab (UEA) akan memberikan kontribusi pendanaan baru sebesar US$100 juta untuk proyek-proyek iklim-alam, dengan investasi awal sebesar US$30 juta untuk rencana ‘Ghana Tangguh’ dari pemerintah Ghana. UEA dan Brasil juga akan bersama-sama mempimpin kemitraan strategis selama dua tahun yang menjembatani COP28 hingga COP30.(RA)
Komentar Terbaru