JAKARTA – Setelah dipastikan mengambil alih pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia mulai 2021, PT Pertamina (Persero) kembali bersaing dengan ConocoPhillips dan Repsol untuk mengelola Blok Corridor. Kontrak Corrido akan habis pada 19 Desember 2023.
Ketiga perusahaan merupakan kontraktor eksisting Corridor. ConocoPhillips saat ini menjadi operator dan Pertamina serta Repsol merupakan pemegang hak partisipasi (Participating Interest/PI) di Blok Corridor. Pertamina telah menyatakan berminat mengelola Blok Corrido tanpa memggandeng partner. ConocoPhillips dipastikan kembali menggandeng Repsol untuk bersaing dengan Pertamina.
“Pertamina tidak mau bareng-bareng, maunya sendiri. ConocoPhillips sama Repsol mau gabung,” kata Djoko Siswanto, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta, Rabu.
Menurut Djoko, Pertamina telah mengajukan proposal terlebih dulu kepada pemerintah. Bahkan proposal yang diajukan sangat lengkap dan tebal. “Pertamina sudah masuk, tebalnya (proposal), beratnya 20 kg,” tukas dia.
Blok Corridor diperebutkan lantaran potensi migas diperkirakan masih besar. Blok tersebut merupakan kontributor gas terbesar ketiga setelah Blok Tangguh dan Mahakam.
Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan produksi blok Corridor pada hingga semester pertama atau per Juni 2018 rata-rata tercatat sebesar 841 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Realisasi tersebut lebih besar dibanding target yang dipatok sebesar 810 MMSCFD.
Djoko menambahkan ConocoPhillips sampai sekarang belum menyerahkan proposal kontrak resmi, namun menjanjikan akan segera menyerahkannya pada pekan depan.
Untuk penentuan kontraktor pengelola Blok Corridor akan sama seperti saat penentuan kontraktor Rokan, yaitu dipilih kontraktor yang memberikan penerimaan lebih besar kepada negara. “Mereka sudah bilang minat, ConocoPhilips pekan depan mau mengajukan. Selasa atau Rabu mau masukin proposal,” tandas Djoko.(RI)
Komentar Terbaru