GERUNG, LOMBOK– PT PLN Indonesia Power (PLN IP), anak usaha PT PLN (Persero), berhasil menciptakan dampak ganda melalui program cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang, di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Program ini tidak hanya menjadi katalis transisi energi menuju energi bersih, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar PLTU. Penggunaan biomassa, seperti serbuk gergaji (sawdust), dalam proses pembakaran pembangkit listrik semakin memperkuat visi keberlanjutan yang diusung oleh PLN IP.

Sahdan, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Provinsi NTB, mengatakan bahwa program ini sejalan dengan upaya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di wilayah tersebut. Selain mendukung target Net Zero Emission 2060, penerapan cofiring di PLTU Jeranjang juga berdampak pada pengurangan emisi karbon dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Energi hijau ini akan terus kita perjuangkan untuk masa depan NTB,” ungkap Sahdan, Jumat (6/9/2024).

Sektor pariwisata NTB diharapkan juga mendapatkan manfaat dari program ini. Dengan PLTU Jeranjang yang kini memanfaatkan energi rendah emisi, Sahdan optimistis kehadiran green energy dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan yang mengunjungi Lombok dan sekitarnya. “Hal ini akan menjadi kontribusi positif bagi citra Lombok sebagai destinasi wisata ramah lingkungan,” ujarnya.

Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Indonesia Power, menambahkan bahwa biomassa dari sawdust menjadi solusi efektif untuk menggantikan batu bara sebagai energi primer. Dengan begitu, penggunaan biomassa juga berperan penting dalam mendukung percepatan bauran energi terbarukan dan pencapaian Net Zero Emission 2060. “Ini merupakan bagian dari komitmen PLN Grup untuk memimpin transisi energi di Indonesia,” ujarnya.

Di sisi lain, pemanfaatan berbagai limbah, seperti sawdust, woodchip, dan solid recovered fuel (SRF) di PLTU Jeranjang menunjukkan bahwa PLN IP berupaya meminimalkan limbah sekaligus menggunakannya untuk kebutuhan energi.

Yunisetya Ariwibawa, Manager UBP Jeranjang, menyebut bahwa total konsumsi biomassa hingga Agustus 2024 mencapai 15.796 ton. Manfaat lain dari program cofiring ini adalah pemberdayaan masyarakat lokal.

Mansyur, Koordinator Masyarakat Penyedia Biomassa Sawdust, menjelaskan bahwa masyarakat Lombok kini terlibat langsung dalam penyediaan bahan baku untuk PLTU. Dengan adanya program ini, pendapatan masyarakat meningkat signifikan, bahkan dua kali lipat dari penghasilan sebelumnya.

Dengan target penyediaan 3.000 ton sawdust per tahun, sekitar 50 orang tenaga kerja dari masyarakat lokal terlibat dalam proses ini. Ini membuktikan bahwa program cofiring tidak hanya membantu transisi energi, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian Lombok secara keseluruhan.

Selain itu, Mansyur juga menambahkan bahwa pengrajin kayu di Lombok kini mendapat manfaat dari program ini. Limbah serbuk kayu yang biasanya tidak bernilai kini diolah menjadi bahan bakar yang dapat dimanfaatkan oleh PLTU Jeranjang. “Kerja sama ini membawa keuntungan bagi semua pihak,” ujar Mansyur. (DR)