JAKARTA – Indonesia jadi salah satu pihak yang berpotensi sangat dirugikan dengan adanya konflik yang pecah antara Rusia- Ukraina serta yang terjadi di Timur Tengah. Kerugiannya bukan main-main karena berhubungan langsung dengan ketahanan energi nasional. Maklum saja selama ini Indonesia sangat berpengaruh dengan pasokan minyak mentah dari timur tengah maupun pasokan LPG yang jalur pengirimannya melalui wilayah Rusia – Ukraina.

Tantangan dalam memenuhi pasokan energi di Indonesia dirasakan betul para awak kapal yang mengangkut minyak maupun LPG.

Captain Sulistyo Ariwibowo, salah satu nahkoda kapal Pertamina International Shipping (PIS) yang mengangkut LPG dari wilayah Timur Tengah dan Amerika Serikat merasakan betul dampak perang yang terjadi lantaran terjadi di rute pelayaran PIS. Untungnya Indonesia jadi negara Non Blok dan dikenal dengan keaktifannya menyuarakan perdamaian sehingga masih bisa melalui perairan di wilayah konflik dengan aman.

Bahkan kapal-kapal PIS justru dikawal jika melewati Laut Merah yang saat ini sedang tegang.

“Untuk Timur Tengah karena kondisi sekarang ada perang Itu sebuah tantangan sendiri karena di sana penuh dengan kapal perang yang jaga setiap bulannya,” kata Capt Sulis saat ditemui Dunia Energi disela perayaan Hari Pelaut Sedunia di STIP Jakarta, Selasa (25/6).

Sulis menceritakan baru saja selesai menunaikan tugas membawa LPG ke Indonesia dari Amerika Serikat yang membutuhkan waktu perjalanan 38 hari melewati Gulf of Mexico, Caribbean Sea, lalu menyebrang ke Samudra Hindia menggunakan kapal PIS yang mengangkut 23.000 Metrik Ton (MT) propana dan 23.000 MT butana, keduanya merupakan unsur pembuat LPG. “Biasanya kapal kita di guide, dikawal. Kalau kita info dari Indonesia, berbendera Indonesia pasti aman, justru dikawal,” ujar Sulis.

Najwa M Naja, Mualim III di kapal pengangkut LPG milik PIS juga menceritakan ada ketegangan saat berlayar melalui perairan konflik. Tapi dengan persiapan serta nama baik PIS serta Indonesia, selama ini tidak ada kejadian serius yang menimpa kapal-kapal pengangkut minyak maupun LPG milik PIS.

“Saya kemarin last vessel melalui perbatasan antara Ukraina dan Romania Kita tahu Ukraina sekarang sangat-sangat red zone sekali Dan itu kalau kita melintasi perbatasan itu pasti lost (hilang) GPS. Jadi sangat amat challenging bagi saya,” jelas Najwa.

PIS merupakan pemain utama dalam logistik sektor energi di tanah air. Sebagai pemain utama di sektor logistik energi di Asia Tenggara, PIS terus melakukan ekspansi bisnis di pasar regional maupun global.

“Ekspansi tersebut dilakukan dengan merambah 50 rute global dan membuka kantor cabang di Singapura dan Dubai. Sejalan dengan ekspansi tersebut, PIS sukses mencetak laba sebesar US$ 330 juta, naik 60,94% dari tahun sebelumnya,” jelas Yoki Firnandi, Direktur Utama PIS.

Target yang tinggi tidak membuat manajemen meninggalkan aspek keselamatan para crew kapal. Tercatat hingga kini jumlah crew kapal PIS mencapai 5.300 crew.

Yoki menjelaskan salah satu yang dikembangkan manajemen adalah dengan menginisiasi program pelatihan keselamatan berbasis teknologi.

PIS sudah memiliki teknologi simulasi pemadaman api di armada secara virtual. Dengan teknologi yang diusung, kru kapal PIS dapat terus berlatih meningkatkan kemampuan dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman dengan risiko seminimal mungkin.

Secara operasional, PIS berfokus pada peremajaan, ekspansi dan kepatuhan armada terhadap regulasi. Salah satu wujud ekspansi tersebut dilakukan dengan merambah 50 rute global dan membuka kantor cabang di Singapura dan Dubai. Ekspansi bisnis ini berkontribusi terhadap capaian laba PIS sepanjang 2023 yang mencapai US$ 330 juta, naik 60,94% dari tahun sebelumnya. PIS juga membukukan pendapatan perusahaan US$ 3,33 miliar, melebihi target di Rancangan Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk 2023 sebesar 111,37%.

Dari total 94 armada yang dikelola PIS, sebanyak 58 kapal mendapatkan skor rata-rata 3,15 dari 5 dalam Ship Inspection Report (SIRE), memenuhi syarat untuk beroperasi di perairan regional khusus.