TANGERANG – Pertamina melalui subholdingnya, Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), saat ini sedang melakukan pengembangan hidrogen dan optimis bahwa hidrogen dapat berperan besar dalam upaya mencapai net zero emission (NZE) 2060. Hal ini disampaikan Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro, dalam forum EBTKE Conex pada Rabu (12/7).

Walaupun pengembangan belum pernah dilakukan sebelumnya, potensi hidrogen bersih di Indonesia sebagai bahas bakar cukup besar. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki Indonesia yang menyebabkannya memiliki potensi ini, antara lain; pertama, sumber energi yang dimilikinya cukup beragam dengan jumlah yang cukup melimpah. Kedua, ukuran pasar yang besar mendorong potensi permintaan hidrogen yang tinggi di masa depan, terutama di sektor industri berat serta transportasi berat.

“Saat ini hidrogen belum mencapai nilai keekonomian yang diharapkan namun kami percaya bahwa hidrogen ini bisa menjadi game changer di energi baru. Untuk itu inisiatif pengembangan hidrogen bersih menjadi salah satu prioritas di Pertamina NRE,” ungkap Dannif dalam diskusi panel bertajuk The Power of Possibility: Unlocking Business Opportunities in Indonesia Energy Transition.

Pertamina Group sendiri memiliki potensi besar dalam pengembangan hidrogen. Pengembangan hidrogen dapat memonetisasi portfolio energi yang dikelolanya. Dalam peta jalan pengembangan hidrogennya, Pertamina NRE menargetkan untuk menjadi pionir di pasar Asia Tenggara sebelum tahun 2027. Pada tahun 2027 hingga 2030, Pertamina NRE menargetkan untuk mulai melakukan ekspor hidrogen bersih ke pasar internasional dan paralel menggarap pasar domestik. Dan mulai tahun 2031 Pertamina NRE berambisi untuk menjadi eksportir hidrogen bersih dan memimpin ekonomi hidrogen di Indonesia.

Saat ini Pertamina NRE telah berkolaborasi dengan sejumlah mitra strategis, baik dalam maupun luar negeri, untuk mengembangkan ekosistem hidrogen bersih, antara lain TEPCO, IGNIS, Sembcorp, Chevron, Pupuk Indonesia, dan Krakatau Steel. Kolaborasi terbaru yang dilakukan oleh Pertamina NRE adalah nota kesepahaman dengan Transportasi Gas Indonesia (TGI) dalam pengembangan bisnis transportasi hidrogen bersih. Bahkan kerja sama dengan TEPCO untuk pengembangan hidrogen hijau di area panas bumi Lahendong disetujui NEDO, Lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang, untuk mendapat hibah atas riset yang dilakukan dalam inisiatif ini. Kolaborasi-kolaborasi ini diperlukan agar pengembangan menjadi lebih cepat, terdapat transfer teknologi, serta berbagi risiko.

Dannif menambahkan bahwa hidrogen bersih berpotensi memberikan kontribusi yang besar dalam penurunan emisi, terutama untuk sektor-sektor yang sulit dilakukan dekarbonisasi (hard-to-abate industry), seperti pengolahan minyak, industri berat, transportasi laut, dan transportasi berat lainnya.

Pengembangan bisnis baru di sektor energi merupakan salah satu dari tiga pilar strategis Pertamina NRE, di samping solusi rendah karbon dan pengembangan energi terbarukan. Pertamina NRE fokus untuk menjadi garda terdepan dalam inisiatif dekarbonisasi di Pertamina Group serta berkomitmen untuk mengimplementasikan ESG demi terciptanya bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.(RA)