LEGIAN, BADUNG – Pemerintah saat ini adalah menjadikan sumber daya gas sebagai salah satu alternatif utama dalam pemenuhan energi dalam negeri. Ini tidak lepas dari dukungan kondisi alam cadangan gas yang masih cukup besar serta ditopang penemuan cadangan gas yang cukup masif dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan minyak.

Hariyanto, Kepala Biro Perencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyampaikan kunci dalam meningkatkan pemanfaatan gas nasional adalah peningkatan kapasitas industri domestik dan peningkatan nilai tambah sehingga diperlukan akselerasi dengan memanfaatkan gas untuk bahan baku guna menghasilkan produk – produk jadi yang dikonsumsi masyarakat. “Pengembangan jaringan gas secara massif untuk mensubtitusi LPG,” ujar Hariyanto, dalam Diskusi Nasional: “Ekspansi Investasi BUMN untuk Kemajuan Indonesia. Membedah Potensi dan Urgensi Investasi BUMN Strategis di Luar Indonesia” yang diselenggarakan di Legian, Bali, Selasa (7/5/2024).

Adapun upaya dalam mewujudkan hilirisasi gas harus didorong meliputi pengembangan kebutuhan yang dekat dengan potensi – potensi pasokan gas bumi dan infrastruktur gas bumi mengikuti prinsip distribusi secara lokal atau regional untuk energi dan bahan baku. “Hal ini akan meningkatkan efisiensi dan nilai tambah serta multiplier effect perekonomian nasional secara menyeluruh,” kata Hariyanto.

Berdasarkan data Kementerian ESDM hingga 1 Januari 2023 jumlah cadangan gas terbukti (P1) mencapai 35.299,31 Billion Standard Cubic Feet (BSCF). Dengan tingkat produksi rata-rata 6.636 MMscfd per hari maka cadangan gas Indonesia bertahan hingga 15 tahun. Ini belum ditambah dengan total cadangan P2 dan P3 yang bisa dikonversi menjadi P1.

Hariyanto menjelaskan konversi BBM ke gas saat ini dilakukan program konversi pembangunan diesel ke gas sebanyak 47 pembangkit yang membutuhkan 285 MMSCFD atau sekitar 2 MTPA yang dimulai Desember 2023.

Selain itu ada subtitusi LPG ke gas melalui program jaringan gas dengan skema KPBU target kurleb 5 juta SR.

Salah satu persiapan infrastrutkur paling krusial dalam meningkatkan penggunaan gas domestik adalah menyiapkan pipa gas untuk sambungkan Pulau Sumatera dari Aceh hingga ke Jawa. Jika sudah rampung maka bisa menyalurkan potensi gas bumi dari WK Agung dan WK Andaman Aceh.

Pengembangan infrastruktur secara kontinyu dilakukan untuk menunjang penyaluran gas bumi dalam negeri sejalan dengan kebutuhan antara lain Pembangunan pipa transmisi ruas Cirebon – Semarang dan ruang Seimangkei-Dumai.

Pembangunan pipa transmisi gas bumi Cirebon – Semarang, bisa alirkan kelebihan gas di Jawa Timur, Jambaran Tiung Biru ke Jawa Tengah dan Jawa Barat maupun sampai Sumatera ataupun sebaliknya. “Ini menjadi kunci integrasi pipa gas sepanjang Sumatera dan integrasi Sumatera-Jawa,” ungkap Hariyanto.

Hariyanto mengungkapkan pemerintah menyusun desain pemanfaatan gas bumi nasional yang menitikberatkan pada pengembangan ekosistem gas domestik mulai dari sistem pasokan hingga sistem pemanfaatan dalam kerangka pertumbuhan gas bumi untuk peningkatan perekonomian nasional.

“Pemanfaatan gas bumi diarahkan untuk hilirisasi gas, konversi BBM ke gas, dan subtitusi LPG ke gas,” kata Hariyanto.