JAKARTA – Guna mengantisipasi pasokan gas dari Premier Oil, PT PGN (Persero) Tbk mulai bulan depan akan memulai tahapan kontruksi pembangunan jaringan pipa dari Panaran ke Tanjung Uncang. Emiten distributor gas domestik berkode PGAS ini, menyiapkan dana Rp 183 miliar untuk proyek tersebut.
Sekretaris Perusahaan PGAS, Heri Yusuf mengungkapkan, pembangunan infrastruktur baru gas domestik ini diberi nama Panaran – Tanjung Uncang Pipeline Project (CP-8) yang berlokasi di Batam, Kepulauan Riau, dan akan menelan biaya Rp 183 miliar.
Pembangunan infrastrktur baru ini akan dimulai pada April 2013 bulan depan, sebagai antisipasi pasokan gas dari Premier Oil pasca disepakatinya perjanjian jual beli gas antara PT PLN (Persero) dan Universal Batam Energy.
Heri Yusuf menerangkan, penandatanganan kontrak Jasa Konstruksi pipa gas Panaran – Tanjung Uncang sepanjang 18 km ini, telah dilakukan dengan Krakatau Engineering pada Februari 2013. Lingkup pekerjaan jasa konstruksi tersebut meliputi kegiatan engineering, procurement (pengadaan) dan konstruksi.
“Proyek pipa gas berdiameter 16 inchi ini kami targetkan selesai dan bisa dioperasikan pada triwulan pertama tahun 2014,” jelas Heri di Jakarta, Minggu, 10 Maret 2013. Saat ini, seluruh kelengkapan proyek seperti pipa sudah siap dikirim ke Batam untuk segera dilaksanakan konstruksi.
Pipa baja yang akan digunakan dalam proyek ini diproduksi PT Krakatau Heavy Industries dan PT Steel Pipe Industries of Indonesia. Langkah ini merupakan upaya untuk membangun sinergi rantai pengelolaan gas bumi dalam negeri, yang melibatkan tiga unsur yaitu, pasokan, infrastruktur, dan pasar.
“PGN memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah untuk terus meningkatkan kapasitas penggunaan gas bumi di dalam negeri. Pembangunan pipa gas Panaran-Tanjung Uncang ini merupakan bentuk dukungan nyata PGN terhadap penyerapan alokasi gas domestik untuk Batam,” kata Heri.
Selesaikan 3 Proyek Lainnya
Selain proyek pipa gas Panaran-Tanjung Uncang, PGAS kini tengah menyelesaikan sejumlah proyek infrastruktur gas di sejumlah wilayah di Indonesia. Misalnya proyek Floating Storage Regasification Unit (FSRU) senilai US$ 250 juta – US$ 300 juta di Lampung, up grading Stasiun Gas Muara Bekasi, dan perencanaan pembangunan stasiun kompressor untuk meningkatkan kapasitas pipa SSWJ sebagai antisipasi masuknya gas LNG dari Lampung.
Heri menambahkan, khusus mengenai up grading Stasiun Gas Muara Bekasi, progres pekerjaannya disesuaikan dengan tahapan pekerjaan proyek FSRU Lampung. Mengingat up grading tersebut diperlukan untuk meningkatkan kapasitas pipa SSWJ, agar dapat mengalirkan LNG dari FSRU Lampung.
“Hingga saat ini PGN belum menerima permintaan resmi dari pihak manapun untuk percepatan penyelesaian up grading Muara Bekasi,” tukasnya.
Ia menambahkan, pembangunan infrastruktur gas membutuhkan dana investasi dan risiko yang tidak kecil. Oleh karena itu pengembangan dan pemanfaatan gas bumi harus dilakukan secara integral dan sinergis dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan dan stakeholder lainnya.
“Dengan demikian, pembangunan infrastruktur gas akan sejalan dengan kepastian pasokan gas dan pengembangan pasar yang berdimensi jangka panjang,” jelas Heri lagi.
(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)
Komentar Terbaru