BELUM lama ini perekonomian dunia termasuk Indonesia menghadapi masa kegelapan. Ancaman kehancuran sudah di depan mata. Tidak banyak sektor usaha bisa bertahan. Pandemi COVID-19 benar-benar membuat bulu kuduk merinding siapapun yang mengingatnya. Tidak hanya kesehatan tapi ekonomi juga terdampak langsung akan kehadiran virus yang bermula dari Wuhan, China pada akhir tahun 2019 ini. Setelah World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai Global Pandemic pada 11 Maret 2020, Pemerintah Indonesia juga merespon dengan mengeluarkan berbagai aturan pembatasan pergerakan manusia untuk meminimalisir penyebaran virus melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional.

Sejak saat itu, tatanan kehidupan bermasyarakat dunia termasuk Indonesia berubah. Tidak terkecuali di industri ekstraktif seperti industri minyak dan gas bumi (Migas). Sebagai salah satu pemain utama di industri migas Indonesia. Kekhawatiran akan dampak dari pandemi turut dirasakan oleh PT Elnusa Tbk (ELSA), sebagai salah satu pemain utama dalam bisnis jasa migas di tanah air yang sangat sensitif terhadap kondisi makro ekonomi dunia.

Pandemi terus membayangi pasar modal Indeks global yang terjun bebas tersebut memang hanya berlangsung selama satu bulan hingga akhir Maret 2020. Setelah itu pasar global mampu rebound bahkan kembali mencatatkan rekor kenaikan sebelum pandemi dan ditutup pada level 30,606.5 dan 3,756.0 untuk DJIA dan S&P 500 pada akhir tahun 2020. Perekonomian nasional termasuk pasar keuangan juga mendapatkan sentimen dan pergerakan yang hampir sama dengan situasi global. Sentimen pandemi ini yang membuat IHSG mencapai titik nadir atau ke titik terendah yaitu 3,937.6 pada 24 maret 2020. Level yang terakhir kali disentuh pada 7 – 8 tahun silam sehingga membuat kepanikan bagi setiap pelaku pasar.

Industri hulu migas tidak ketinggalan merasakan dampak dari guncangan ekonomi dunia. Pembatasan pergerakan orang karena adanya karantina punya andil besar dalam perlambatan ekonomi. Proyek-proyek hulu migas misalnya, jadi terhenti sementara membuat berbagai pekerjaan yang sudah ditargetkan harus dijadwalkan ulang target penyelesaian berikut dengan cara untuk menyelesaikan target tersebut. Harga minyak pun alami penurunan cukup signifikan jika dibandingkan dengan asumsi yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Apa yang dikhawatirkan ketika pandemi dan gejolak ekonomi dunia terjadi bakal berdampak pada kinerja keuangan dan operasional Elnusa pada akhirnya terjawab seiring dengan berjalannya waktu. Elnusa membuktikan dengan fundamental yang kuat mampu mengantarkan perusahaan keluar dari ancaman jurang menganga kehancuran akibat pandemi dan gejolak ekonomi dunia.

Membuka perdagangan tahun 2020 pada posisi Rp306, plot twist terjadi pada akhir tahun dimana perdagangan tahun itu ditutup dengan saham Elnusa berada pada posisi Rp 352 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 2,5 triliun. Pada tahun 2020 Elnusa juga sukses mencetak laba bersih Rp249,08 miliar dengan pendapatan sebesar Rp7,7 triliun. Ini memang menurun ketimbang tahun sebelumnya. Kekhawatiran akan kinerja perusahaan terus meningkat karena pada tahun 2021 laba besih kembali melorot ke posisi Rp108,74 miliar dan harga saham berada di posisi Rp276 per lembar. Tapi lagi-lagi daya tahan Elnusa kembali terbukti dengan meroketnya kinerja di tahun 2022 dimana laba bersih perusahaan tembus Rp378,06 miliar dengan nilai saham berada di posisi Rp312 per lembar.

Pertumbuhan perusahaan makin menjadi di tahun 2023 dimana Elnusa mencapai kinerja terbaik sepanjang sejarah dengan torehan laba bersih yang tembus Rp503,12 miliar dan total pendapatan sebesar Rp12,5 triliun serta nilai saham yang ditutup Rp388 per lembar. Peningkatan kinerja ini tidak lepas dari mulai menggeliatnya kegiatan hulu migas di tanah air serta harga komoditas minyak dan gas yang terbilang stabil. Dengan portofolio bisnis yang kuat Elnusa sukses memanfaatkan tingginya permintaan berbagai kegiatan di sektor hulu migas.

Pergerakan saham Elnusa selama lima tahun. Sumber Elnusa Diolah : Dunia Energi

Sumber : Elnusa. Diolah : Dunia Energi

Pada semester I 2024 kinerja Elnusa semakin moncer dengan laba bersih yang dibukukan tembus Rp443 miliar dan pendapatan sebesar Rp6,3 triliun.  Sampai dengan periode 26 Juli 2024, kinerja saham ELSA secara year to date tumbuh sebesar +34%, market capitalization mencapai Rp 3,8 trilliun. Sampai dengan 26 Juli, harga saham ELSA menyentuh level tertinggi di Rp 545 pada hari perdagangan Kamis (18/7).

Apa yang terjadi dengan kinerja Elnusa ini merupakan buah manis yang dinikmati manajemen karena telah percaya dengan kemampuan fundamental perusahaan yang punya DNA kebebasan berinovasi.

Novrizal, Vice President Business Development and Marketing Elnusa menceritakan sejak menjadi bagian dari Elnusa lebih dari 16 tahun lalu terasa betul daya tahan perusahaan terhadap berbagai kondisi dan tantangan yang dihadapi. Dia menceritakan salah satu paling terasa saat Initial Public Offering (IPO) di tahun 2008. Dia menilai momen saat terjun sebagai perusahaan publik merupakan masa dimana seluruh elemen perusahaan baru meniti jalan sebagai perusahaan terbuka sehingga wajar tantangan besar dihadapi, terutama dari sisi business process. “Karena sebelumnya kita expert di bidang kita ketika harus transparan ini sesuatu yang beda,” kata Novrizal saat ditemui Dunia Energi belum lama ini di kantor Elnusa, Jakarta.

Seiring berjalannya waktu, Novrizal akhirnya menyadari bahwa DNA perusahaan benar-benar terasa dan mulai mengalir ke dalam dirinya. Setelah lima tahun pertama berjibaku mencari jawaban, dia mulai menemukan hasrat dan ritme yang pas di Elnusa. Satu titik balik akhirnya dia sadari adalah insan di Elnusa adalah problem solver atau memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menemukan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi. “Jadi makin ke sini makin kelihatan unique value Elnusa, culture-nya,” ujar Novrizal.

Transformasi

Jika ditarik jauh ke belakang, transformasi berlandaskan inovasi jadi modal sangat penting yang membuat Elnusa menjadi seperti sekarang. Tidak berlebihan memang dikatakan bahwa inovasi ada dalam DNA Elnusa. Itu bisa dilihat saat berdiri tahun 1969 ketika namanya masih PT Electronika Nusantara yang fokus di dunia Marine Electronic Services, kemudian mengembangkan bisnis baru tahun 1974, yakni avionic atau sistem komunikasi pesawat. Tentu kita masih ingat dengan produk pencarian informasi paling populer pada tahun 70 hingga 90an yaitu Yellow Pages. Ini dibuat oleh Elnusa pada tahun 1975. Revolusi dalam teknologi tidak hanya sampai disitu karena setahun kemudian atau tahun 1976 televisi berwarna pertama bermerek Elnusa lahir.

Tahun 1984 pengembangan bisnis berlanjut dengan inisiasi layanan jasa workover dengan pendirian anak usaha PT Elnusa Workover Services (EWS). Unit bisnis lainnya juga terus dikembangkan, hingga tahun 1986 Fuel & Chemical (sekarang PT Elnusa Petrofin) sukses mengolah premium menjadi Premix 94.

Tahun 1997 Elnusa saat itu membagi bisnis yang ada dalam anak perusahaan menjadi dua dan menjadikan dua holding yaitu PT Elnusa dan PT Elnusa Harapan. PT Elnusa kemudian menjadi PT Elnusa Tbk yang kita kenal sekarang ini, sedangkan PT Elnusa Harapan pada tahun 2004 menjadi PT Pertamina Patra Niaga. Akhir tahun 2007 Elnusa memutuskan merger beberapa anak perusahaan baik horizontal maupun vertikal.

Tahun 2008 Elnusa memutuskan untuk melakukan Initial Public Offering (IPO). Ini jadi gerbang bagi Elnusa memberikan kepercayaan publik dalam menjalankan bisnisnya.

Tahun 2011 manajemen menilai jadi salah satu tahun terberat karena beberapa kejadian yang menyebabkan kerugian besar. Meyikapi hal itu manajemen melakukan turn around yang diawali perubahan logo, visi misi dan strategi perusahaan pada 2013.

Tahun 2019 Elnusa ada dibalik industri hulu migas Indonesia yang mulai menunjukkan kebangkitan dengan dilakukannya eksplorasi survei seismik 2D terbesar sepanjang sejarah dengan luas area yang diseismik sepanjang 32 ribu km dan melalui 29 cekungan di sepanjang perairan dari Sabang hingga Marauke. Kapal survei seismik yang melakukannya adalah Elsa Regent milik Elnusa yang juga merupakan kapal eksplorasi pertama yang dimiliki oleh Pertamina. Selanjutnya Elnusa memasuki babak baru setelah resmi menjadi bagian Subholding Upstream Pertamina pada akhir tahun 2021.

Tahun 2023 lalu Elnusa semakin menancapkan eksistensinya di sektor hulu migas dengan berbagai layanan jasa yang mencakup banyak kegiatan eksplorasi dan produksi migas.

Mulai dari mobile test hingga penerapan teknologi pengurangan produksi pasir. Pengeboran dengan teknologi hydrolic workover unit atau hydrolic drilling unit. Ini membuat elnusa jadi satu-satunya perusahaan di indonesia yang mampu menghadirkan teknologi hydrolic drilling unit dan telah membuktikannya di blok Mahakam.

Elnusa juga memiliki geoscience services yang mengembangkan kompetensi mulai dari seismik darat  hingga teknologi OBN Nodal pada seismik laut.

Elnusa juga mengaplikasikan teknologi lumpur cair untuk pengeboran sumur Gulamo (Sumur Migas Non Konvensional) di blok Rokan karena fasilitas luquid mud plant untuk pengeboran sumur non migas ini pertama di Indonesia. Tidak sampai disitu, penerapan EOR Vibroseis juga mampu dieksekusi di berbagai wilayah termasuk di Rokan.

Dengan transformasi dan inovasi yang terus berjalan hingga sekarang Elnusa telah memiliki tiga segmen usaha utama penyumbang revenue yaitu Jasa Hulu Migas, Jasa Distribusi & Logistik Energi, serta Jasa Penunjang Migas. Untuk Jasa hulu migas terintegrasi menyediakan jasa pengukuran data geofisika (Seismik), jasa Pemboran Migas, jasa Oilfield dan Engineering, Production and Construction–Operation & Maintenance (EPC OM). Selanjutnya ada jasa distribusi dan logistik yang menyediakan jasa penyimpanan, perdagangan, pendistribusian produk minyak dan gas bumi Indonesia.

Kemudian jasa penunjang migas menyediakan jasa penguliran (threading) dan perdagangan (trading) pipa Oil Country Tubular Goods (OCTG) serta fabrikasi, jasa pengelolaan data dan informasi energi dan sumber daya mineral (khususnya eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi), jasa pengelolaan data migas, jasa pembangunan sistem teknologi informasi terpadu, jasa telekomunikasi, jasa penyediaan jaringan, telekomunikasi satelit dan sistem komunikasi Very-Small-Aperture Terminal (VSAT), jasa penyewaan kapal untuk keperluan operasional lapangan minyak, survei seismik dan operasional bisnis selain migas.

Jasa distribusi dan logistik menjadi selama ini menjadi kontributor terbesa penyumbang pendapatan perusahaan. Tahun lalu saja segmen usaha ini menyumbang Rp7,05 triliun atau 53% dari total seluruh pendapatan Elnusa. Diikuti oleh jasa hulu migas yang menyetor pendapatan perusahaan sebesar Rp4,25 triliun atau 34% dari seluruh pendapatan. Terakhir jasa penunjang tahun lalu meraih Rp1,82 triliun atau 12% dari total pendapatan.

Jasa distribusi dan logistik Elnusa digawangi oleh anak usaha yaitu Elnusa Petrofin (EPN). EPN bergerak di bidang jasa transportasi BBM, Energy Storage Management (Fuel, Gas, Aviation), Industry and Marine Fuel, Lubricant dan Chemical Integrated Service. EPN sendiri merupakan salah satu ujung tombak PT Pertamina (Persero) untuk menyalurkan BBM PSO (Public Service Obligation).

Sementara Kegiatan pada segmen usaha hulu migas terintegrasi dilaksanakan oleh dua divisi di Perseroan, yaitu Divisi Upstream Services dan Divisi Engineering, Production and Construction – Operation & Maintenance (EPC-OM). Divisi Upstream Services memiki dua kelompok jasa penyelidikan dan pengolahan jasa seismik atau Geoscience & Reservoir Services (GRS) dan jasa pemeliharaan dan pengelolaan lapangan migas atau Oil Field Services (OFS).

Kemudian segmen jasa penunjang migas dikelola oleh empat entitas anak Perseroan, antara lain PT Sigma Cipta Utama (SCU), PT Patra Nusa Data (PND), PT Elnusa Fabrikasi dan Konstruksi (EFK) dan PT Elnusa Trans Samudera (ETSA).

Lini bisnis SCU adalah penyedia jasa bidang pengelolaan data. Unit bisnis Information Management Solution (IMS), unit bisnis geodata terdiri dari layanan data fisik dan digital untuk data subsurface migas lalu warehouse dan geodata. Kemudian EFK yang fokus pada fabrikasi dan pengadaan alat migas, konstruksi besar (EPC). Selanjutnya ada PND merupakan perusahaan yang bisnis utamanya adalah manajemen data migas dengan kompetensi utamanya dalam hal mengelola data subsurface migas baik fisik maupun digital dengan didukung kemampuan data teknis migas serta teknologi informasi yang memperkuat posisi perusahaan dalam bisnis migas sebagai mitra utama pengelolaan data migas. ETSA  merupakan entitas anak Perseroan yang didirikan pada 8 November 2013 dan fokus pada penyediaan jasa marine & offshore support vessel.

Elnusa merupakan perusahaan jasa migas nasional dengan kompetitor yang tidak sedikit. Tapi uniknya bisnis Elnusa cakupannya luas. Dengan portofolio bisnisnya yang beragam, menurut Novrizal tidak sedikit orang di luar sana berpikir Elnusa tidak konsisten.

“Padahal Elnusa ini culture individu sudah terbentuk, problem solver, survival bisnis portofolio luas. Setiap unit bisnis itu lahir dari inovasi teman-teman ketika solving problem costumer. Maka itu portofolio kita kuat. Strong kita di situ. Manajemen sangat berikan kebebasan terhadap kebebasan inovasi karyawan,” jelas Novrizal.

Salah satu contoh inovasi yang lahir dari permasalahan para konsumen Elnusa adalah layanan well testing yang dikombinasikan dengan coil tubing. Berbekal pengalaman riset stimulasi sumur sejak tahun 2010 melalui bagian riset Elnusa Petrofin, Elnusa hadir dengan solusi Production Optimalization (Stimulasi Sumur) sebagai merupakan wujud dukungan Elnusa terhadap para produsen minyak dan gas bumi. Sejak tahun 2010, Elnusa mulai melakukan stimulasi sumur yang berdampingan dengan pengerjaan coil tubing dan cementing. Ini merupakan jasa layanan untuk mengalirkan dan mencampurkan bahan kimia dari permukaan ke dalam sumur. Ruang lingkup jasa layanan ini meliputi pembuatan chemical hingga pengaplikasian chemichal sesuai dengan standar baku.

Layanan ini sendiri hadir lantaran adanya desakan berkompetisi yang kuat. Dalam sektor jasa hulu migas ada tiga layer. Pertama layer yang dihuni oleh Multi National Company (MNC). Ini merupakan layer bagi perusahaan yang memiliki sumber daya besar khususnya di bidang research and development. Layer berikutnya adalah layer yang dihuni pemain-pemain kecil yang punya kelebihan di harga yang terjangkau. Elnusa kata novrizal berada diantara himpitan dua layer tersebut.

“Segmen kita beda kalau main diatas kalah dari research, main dibawah pasti price war. Itu painful, tender-tender gagal, rekonsilisasi gagal, kemudian saya coba temukan problem di costumer, ingin tahu masa ngga ada market untuk kita sama sekali,” ungkap Novrizal.

Apa yang dialami Novrizal merupakan contoh nyata bagaimana Elnusa menawarkan sesuatu yang tepat untuk menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. Ketika dilakukan kajian khusus oleh tim Elnusa ternyata kebanyakan pekerjaan persiapan pengembangan sumur tidak terintegrasi.

“Jadi kami tawarkan coil tubing digabung sama well testing dapat tiga solusi sekaligus. Mereka tertarik, itu jadi sustain. Coal tubing and well testing ini kami satu-satunya yang punya, karena jarang ini saling bersinggungan. Itu akhirnya jadi ini cara kita menjual , bukan kita perang harga tapi harus temuin dimana kita mau main. Di situ kita main akhirnya di-state kita problem solver,” jelas Novrizal

Novrizal membeberkan layanan jasa satu ini menjadi primadona di kalangan para produsen migas. Nama-nama mentereng pernah merasakan manfaatnya antara lain Total E&P Indonesia saat menjadi operator di blok Mahakam, Vico, PHE ONWJ. “Kemudian ada PHE WMO, Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pertamina Hulu Sangasanga (PHSS),” kata Novrizal.

Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, mengungkapkan Elnusa merupakan salah satu emiten energi yang kinerjanya stabil bahkan terus alami pertumbuhan meskipun terjadi gejolak ekonomi maupun harga minyak dunia yang bergerak sangat dinamis. Ini tidak lepas dari bisnis hulu migas yang masih menggeliat dan juga tentu karena migas masih dibutuhkan.

Dia menilai positif kondisi Elnusa sekarang terutama ketika sudah bergabung secara penuh jadi salah satu anak usaha Pertamina Hulu Energi (PHE) setelah restrukturisasi besar-besaran Pertamina. Ini membuat posisi Elnusa semakin kuat karena dipastikan akan mendapatkan banyak pekerjaan dari Pertamina Group.

“Memang kinerja ELSA ini lebih baik dibandingkan tahun – tahun sebelumnya itu bisa kelihatan dari keuangan ELSA. Mereka  juga salah satu andalan dari Pertamina, kan anak usaha Pertamina yang kita lihat perkembangannya prospek ke depan masih bagus (produksikan cadangan migas),” jelas Ibrahim.

Sementara itu, Tutuka Ariadji, Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga mantan Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menjelaskan perusahaan penunjang industri hulu migas seperti Elnusa mempunyai peran penting dengan dua misi. Pertama, memenuhi kebutuhan Core Business untuk mencapai target. “Dan kedua, mengemban tugas transfer teknologi (penjaminan dan peningkatan TKDN),” kata Tutuka kepada Dunia Energi, Senin (12/8).

Perusahaan jasa seperti Elnusa yang juga memiliki unit bisnis di bidang eksplorasi migas relatif lebih straightforward dengan teknologi yang telah tersedia dan risiko lebih kecil, seperti misalnya Survei Seismik, Survei Gravitasi dan sebagainya sehingga menurut Tutuka memang yang diperlukan adalah pekerjaan yang telah direncanakan dapat dijalankan. Perusahaan dalam bidang pengembangan mempunyai tantangan yang lebih karena menyangkut teknologi yang dituntut bisa menangani permasalahan lebih komplek dengan biaya yang affordable . Sebagai contoh teknologi Chemical EOR (Enhance Oil Recovery), perusahaan jasa penunjang dapat memasok chemicals melalui proses produksi di dalam negeri secara mandiri atau dengan bekerja sama dengan perusahaan penemu formula dan perusahaan manufaktur tingkat dunia.

Elnusa kata Tutuka dapat mengembangkan jasa penunjang bidang Chemical EOR dengan bekerjasama dengan Perusahaan nasional dan internasional untuk membantu implementasi EOR di dalam negeri memperdayakan jaringan dan pengalaman lapangan serta infrastruktu yang telah dimiliki.

“Elnusa telah mulai bergerak ke arah EOR dengan stimulasi Vibroseimik beberapa kali, yang bisa dikembangkan ke arah skala lapangan lebih luas dengan perbaikan perencanaan dan implementasi serta sistem monitoring,” ujar Tutuka.

Bidang EOR lainnya yang tepat untuk karakter lapangan-lapangan Indonesia dan sesuai dengan ketersediaan material yang diperlukan bisa menjadi ranah baru bagi pengembangan divisi EOR di Elnusa. “Seperti penyediaan dan transportasi CO2 untuk CO2 EOR, Microbial EOR, dan sebagainya,” ungkap Tutuka.

Bermodal fundamental bisnis yang kuat terutama dalam hal kebebasan berinovasi membuat Elnusa menjelma jadi salah satu perusahaan jasa sektor energi yang disegani. Elnusa diyakini mampu bertahan melalui berbagai tantangan. Elnusa diyakini terus berkembang merespon perubahan zaman yang berlangsung dengan cepat. Elnusa Total Solution !