JAKARTA – Setelah sukses membuka pasar batubara di Negeri Gajah Putih, Thailand, PT Berau Coal Energy Tbk mulai menyiapkan diri untuk melakukan ekspansi ke Malaysia. Emiten berkode BRAU ini pun menargetkan pencapaian produksi di 2013 sebesar 23 juta ton.
Direktur Utama BRAU, Eko Santoso Budianto mengungkapkan, langkah perseroan membuka pasar baru di Thailand dan melakukan penetrasi ke pasar batubara Malaysia, bagian dari upaya memperluas jangkauan pemasaran batubara produksi BRAU.
Selama ini, ujarnya, India, China, dan Korea Selatan merupakan pasar tradisional BRAU, selain mensuplai batubara untuk kebutuhan konsumen di dalam negeri. Namun sejak akhir 2012, BRAU telah menyusun strategi untuk membuka pasar-pasar baru batubara di kawasan Asia Tenggara, diantaranya ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Langkah ini cukup beralasan, mengingat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara memang sedang tinggi. Sementara di negara-negara maju, termasuk di China dan Korea Selatan, pertumbuhan ekonomi masih melambat, sisa dampak krisis ekonomi global yang terjadi dua tahun belakangan ini.
Eko pun mengaku optimis, di 2013 ini BRAU mampu menjaga kinerja positifnya. Optimisme ini didukung pencapaian dalam lima bulan pertama di 2013, dimana BRAU mampu mencatatkan kenaikan volume produksi batubaranya sebesar 5,3 juta ton, naik 27% dibandingkan pencapaian pada 2012.
Pada kuartal pertama 2013, kata Eko, rata-rata harga penjualan batubara BRAU juga meningkat, menjadi sekitar USD 76 – USD 78 per ton (FOB) untuk pasar ekspor. Lebih tinggi dari harga yang diperkirakan sebelumnya yakni USD 60 per ton (FOB).
“Dengan peningkatan efisiensi dan pengendalian biaya internal yang lebih baik, kami juga berhasil menurunkan harga pokok penjualan,” ujarnya di Jakarta, akhir Juni 2013. Hal ini mengindikasikan, BRAU akan mampu meraup margin keuntungan yang lebih baik tahun ini.
Optimisme terkait kinerja yang makin positif, lanjut Eko, juga didukung oleh fakta bahwa 90% batubara produksi Berau Coal tahun ini, sudah dikontrak pembeli dengan harga cukup baik. “Tahun ini BRAU menargetkan volume produksi mencapai 23 juta ton, naik sedikit dibandingkan 2012 lalu,” terangnya.
BRAU yang didirikan pada September 2005, merupakan pemegang 90% saham PT Berau Coal, perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dengan luas konsesi mencapai 118.440 hektar di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Emiten ini mulai melantai di Bursa Efek Indonesia pada Agustus 2010, dan sejak Desember 2012 sebanyak 84,74% sahamnya dimiliki oleh Bumi Plc. Pemegang saham lainnya di BRAU adalah Recapital dan masyarakat (melalui transaksi di bursa efek).
(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)
Komentar Terbaru